"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab: 21)
Secara bahasa, sunnah berarti jalan. Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu perbuatan yang berpahala bila
dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Meskipun demikian, sebagai realisasi cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kita harus memposisikan perbuatan sunnah, sejalan dengan 'rekomendasi' Allah: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan(kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab: 21)
Ibnu Katsir berkata: "Ayat ini adalah dalil yang kuat untuk meneladani Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ucapan, perbuatan dan sikap beliau." Meniru dan meneladani seseorang adalah manifestasi cinta. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga lebih mencintai aku, daripada orang tuanya, anak-anaknya dan segenapmanusia." (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Anas Radhiallahu Anhu) Karena itu, pertanda seberapa besar cinta kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam di antaranya dapat diukur dengan perhatian kita dalam meneladani setiap ucapan dan tindak tanduk beliau. Tapi ironinya, karena merasa tak akan mendapat dosa, umat Islam banyak yang meremehkan masalah-masalah sunnah. Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, yang senantiasa
berusaha menerapkan setiap apa yang ia ketahui dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hingga kini, banyak masalah sunnah yang terlupakan bahkan diremehkan oleh umat. Adapun di antara sunnah-sunnah yang seringdilupakan dan diremehkan adalah sbb.:
Pertama: Berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung sebelum berwudhu). Ketika berwudhu, banyak orang yang tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yang hanya berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal dua-duanya merupakan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid meriwayatkan tentang cara berwudhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "berkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu tiga kali." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Kedua: Berwudhu sebelum mandi dari hadats besar. Jarang orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan sunnah. Dalam benak mereka, yang terpikir hanyalah bagaimana bisa menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah, di antaranya adalah mengawali mandi tersebut dengan berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam hadits Aisyah Radhiallahu Anha; "Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bila mandi dari jinabat, memulai dengan mencuci kedua tapak tangannya, lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya, lalu menyiram kepalanya dengan tiga kali cidukan dari kedua tangannya, lalu menyiram seluruh kulit (tubuhnya)." (HR. Al Bukhari)
Ketiga: Mendatangi shalat dengan tenang. Bila iqomat telah dikumandangkan, atau shalat jama'ah telah didirikan kita banyak menyaksikan orang-orang berlarian untuk mendapatkan ruku' bersama imam. Di samping jauh dari sunnah, perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa khusyu', dan mengganggu mereka yang sedang shalat. Untuk menanggulangi hal tersebut, hendaknya kita datang berjamaah lebih awal, yang dengan begitu kita bisa melakukan perbuatan sunnah yang lain. Shalat sunnah qabliyah, misalnya. Petunjuk cara mendatangi shalat berjamaah telah diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda: "Bila shalat telah didirikan, jangan mendatanginya dengan tergesa-gesa, tetapi datanglah dengan berjalan secara tenang. Apa yang kamu dapatkan maka shalatlah dan apa yang kamu ketinggalan darinya maka sempurnakanlah.
(HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Keempat: Shalat dengan memakai sutrah (penghalang). Shalat dengan memakai sutrah sering tidak diperhatikan, khususnya ketika shalat sunnat. Hal ini tentu jauh dari sunnah.Dari Nafi' bin Abdillah, "bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menancapkan tombak kemudian beliau shalat (tepat) di hadapannya."
(HR. Al Bukhari)
Kelima: Merapatkan pundak dengan pundak dan telapak kaki dengan telapak kaki dalam shaf (barisan) shalat jama'ah.Mayoritas shaf-shaf di setiap shalat jama'ah di banyak masjid selalu kita dapati kekurangan.Misalnya tidak lurus atau kurang rapat. Yang lebih menyedih-kan, ada orang yang marah bila diingatkan. Inilah potret kebodohan umat tentang sunnah. Padahal Anas Radhiallahu Anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:"Luruskanlah barisan-barisan kalian, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku. Dan setiap orang dari kami merapatkan pundaknya dengan pundak kawannya, dan telapak kakinya dengan telapak kaki kawannya." (HR.Bukhari). Hadits di atas menegaskan bagai-mana besarnya perhatian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam soal lurus dan rapatnya barisan shalat.
Keenam: Shalat malam/ tahajud.Banyak orang mengeluh dirinya sulit sekali bangun malam. Memang benar, bangun malam itu tidak mudah. Ia membutuhkan usaha dan kesabaran. Untuk memudahkan bangun malam, ikutilah nasehat-nasehat berikut ini:
1.Tinggalkan maksiat dan dosa! Sebab keduanya menghalangi manusia dari keta'atan.
2.Niatlah sungguh-sungguh untuk bangun dan ikhlas karena Allah. Baik pula jika disertai do'a memohon diberi
kekuatan bangun tengah malam.
3.Bersegera tidur. Begadang malam hanya akan membuatmu terlambat bangun. Apalagi jika tiada manfaatnya.
Sekedar ngobrol misalnya. Bahkan hingga untuk pekerjaan penting sekali-pun, Anda harus membatasi waktunya.
4.Tidak makan terlalu banyak menjelang tidur. Makan banyak akan membuat orang malas beribadah.
5.Membaca do'a-do'a yang disun-nahkan ketika mau tidur.
6.Meletakkan alarm atau sejenisnya sehingga bisa bangun sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Saudaraku, usahakanlah selalu shalat malam. Mudah-mudahan do'a atau air matamu di sepertiga malam bisa
menyelamatkanmu dari siksa Neraka. Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam ditanya: "Shalat apakah yang paling utama setelah shalat fardhu ?" Beliau menjawab: "Shalat di tengah malam." Ia bertanya (lagi) : "Dan puasa apakah yang lebih utama setelah Ramadhan ?" Beliau menjawab: "Puasa pada bulan Muharram." (Hadits riwayat Al Jama'ah kecuali Al Bukhari dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu)
Ketujuh: Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan Neraka Jahannam, dari fitnah kehidupan dan kematian, fitnah Dajjal dan dari dosa serta hutang. Mohon perlindungan tersebut diucapkan menjelang akhir do'a tasyahud dalam shalat. Urwah bin Zubair berkata, Ai'syah Radhiallahu Anha mengabarinya bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam shalatnya berdo'a: "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah Dajjal, dan aku berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari dosa dan hutang." Aisyah Radhiallahu Anha berkata: "Seseorang kemudian bertanya kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam: "Betapa sering engkau memohon perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab:"Sesungguhnya orang yang berhutang itu bila berkata dusta dan bila berjanji mengkhianati." (HR. Muslim)
Kelapan: Berdo'a sebelum salam. Abdullah bin Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq Radhiallahu Anhu, bahwasanya beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam: "Ajarkanlah kepadaku do'a yang kupanjatkan dalam shalat." Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab: "Ucapkanlah: "Ya Allah, sesungguhnya aku terlalu banyak menganiaya diriku sendiri, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka ampunilah aku dari sisiMu, dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." kemudian hendaknya ia memilih do'a yang disenanginya lalu berdo'a dengannya. (HR. Al Bukhari) Do'a ini dibaca setelah do'a mohon perlindungan (lihat ketujuh), selanjutnya kita membaca do'a yang kita kehendaki. Alangkah baiknya kita membiasakan berdo'a pada waktu-waktu yang ditunjukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di waktu yang mustajab tersebut kita meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat.
Kesembilan: Shalat sunnah di rumah. Banyak manfaat shalat sunnah di rumah, di antaranya:
1.Shalat sunnah di rumah adalah tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
2.Ia lebih menjaga keikhlasan hati dari sikap riya' dan ingin dipuji orang.
3.Shalat sunnah di rumah dengan sendirinya mengajarkan cara shalat yang benar kepada anggota keluarga, terutama kepada isteri dan anak-anak. Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Lakukanlah sebagian shalat-shalat (sunnah)mu di dalam rumah, dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan." (HR. Al Bukhari) Aisyah Radhiallahu Anha berkata: "Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur, kemudian keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk (rumah lagi) lalu shalat dua rakaat. Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat, kemudian masuk (rumah) dan shalat (sunnah) dua rakaat. Beliau shalat Isya' bersama para Sahabat, kemudian masuk rumahku, lalu shalat (sunnah) dua rakaat." (HR. Muslim) Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam rumah. Terutama ba'diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayatpun yang mengatakan bahwa beliau pernah melakukannya di dalam masjid."
Friday, July 31, 2009
kata-kata bumi kepada manusia
Sedarlah bahawa saban hari bumi sentiasa berkata-kata kepada manusia.
Berkata Anas bin Malik r.a. ``Sesungguhnya setiap hari bumi menyeru kepada manusia sepuluh perkara:
1. Wahai anak Adam! Berjalanlah di atas perutku, tetapi ingatlah!
Engkau akan dimasukkan ke dalamnya kelak.
2. Engkau melakukan maksiat di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan diazab di dalam perutku.
3. Engkau ketawa di atas perutku, tetapi ingatlah!
Engkau akan menangis di dalam perutku.
4. Engkau bergembira di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan kecewa di dalam perutku.
5. Engkau mengumpul harta di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan menyesal di dalam perutku.
6. Engkau makan benda yang haram di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan dimakan oleh ulat di dalam perutku.
7. Engkau angkuh di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan dihina di dalam perutku.
8. Engkau berlari dengan riang di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan jatuh di dalam perutku dalam keadaan dukacita.
9. Engkau hidup di dunia bersiramkan cahaya matahari, bulan dan bintang di
belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan tinggal dalam kegelapan di dalam perutku.
10. Engkau hidup di atas belakangku beramai-ramai, tetapi ingatlah!
Engkau akan keseorangan di dalam perutku.
Berkata Anas bin Malik r.a. ``Sesungguhnya setiap hari bumi menyeru kepada manusia sepuluh perkara:
1. Wahai anak Adam! Berjalanlah di atas perutku, tetapi ingatlah!
Engkau akan dimasukkan ke dalamnya kelak.
2. Engkau melakukan maksiat di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan diazab di dalam perutku.
3. Engkau ketawa di atas perutku, tetapi ingatlah!
Engkau akan menangis di dalam perutku.
4. Engkau bergembira di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan kecewa di dalam perutku.
5. Engkau mengumpul harta di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan menyesal di dalam perutku.
6. Engkau makan benda yang haram di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan dimakan oleh ulat di dalam perutku.
7. Engkau angkuh di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan dihina di dalam perutku.
8. Engkau berlari dengan riang di atas belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan jatuh di dalam perutku dalam keadaan dukacita.
9. Engkau hidup di dunia bersiramkan cahaya matahari, bulan dan bintang di
belakangku, tetapi ingatlah!
Engkau akan tinggal dalam kegelapan di dalam perutku.
10. Engkau hidup di atas belakangku beramai-ramai, tetapi ingatlah!
Engkau akan keseorangan di dalam perutku.
anak yang soleh
Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang boleh bercakap terus dengan Allah SWT. Setiap
kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia
akan bercakap dengan Allah SWT. Nabi Musa sering bertanya dan Allah SWT akan menjawab
pada waktu itu juga. Ini lah kelebihannya yang tiada pada nabi-nabi lain. Suatu hari Nabi
Musa bertanya kepada Allah SWT...
“Ya Allah siapakah orang yang di syurga nanti akan berjiran dengan aku ?”.
Allah SWT menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya.
Setelah mendapat jawapan Nabi Musa turun dari bukit dan terus berjalan menuju ke tempat
yang diberitahu.
Setelah beberapa hari dalam perjalanan akhirnya beliau sampai ke tempat berkenaan.
Dengan pertolongan beberapa penduduk di situ beliau berjaya bertemu dengan orang
tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Tuan
rumah tidak melayan Nabi Musa dan terus masuk ke bilik dan melakukan sesuatu. Sebentar
kemudian dia keluar sambil membawa seekor khin’zir betina yang besar dan didokong
dengan cermat. Nabi Musa terkejut dan bertanya “Apa hal ini ?” di dalam hatinya penuh
kehairanan. Khin’zir itu dimandikan dan dibersihkan dengan baik, dikeringkan, dipeluk dan
diciumnya. Selepas itu orang tersebut membawa keluar pula seekor khin’zir jantan dan
dilakukan serupa dengan khin’zir betina tadi.
Setelah selasai tugasnya, barulah orang itu melayan Nabi Musa dan lalu bertanya,
“Wahai saudara, apa agama kamu ?”.
“Tauhid agamaku”, jawab orang itu iaitu agama Islam.
“Mengapa kamu membela khin’zir, kita dilarang berbuat begitu”, kata Nabi Musa.
“Wahai tuan hamba, sebenarnya kedua-dua ekor khin’zir itu adalah kedua ibu-bapaku”,
terang orang itu. “Oleh kerana kedua-dua mereka telah melakukan dosa besar, Allah SWT
telah menukarkan rupa mereka kepada khin’zir. Soal dosa mereka dengan Allah adalah
urusan mereka dan urusan Allah. Aku sebagai anaknya akan berbakti dan tetap
melaksanakan kewajipan sebagai anak sepertimana yang tuan hamba lihat tadi walaupun
mereka telah bertukar menjadi khin’zir”, jelas dengan orang itu lagi.
“Setiap hari aku berdoa kepada Allah SWT agar dosa mereka diampunkan serta menukarkan
wajah mereka seperti manusia biasa”, tambah orang itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah SWT menurunkan wahyuNya kepada Nabi Musa.
“Wahai Musa inilah orang yang akan berjiran dengan kamu di syurga nanti, daripada hasil
baktinya yang terlalu tinggi kepada kedua ibu-bapanya, walau pun telah berubah kepada
khin’zir. Oleh itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak yang soleh di sisi Kami. Oleh kerana
dia telah berada dimaqam anak yang soleh disisi Kami, maka Kami makbulkan doanya.”
Itulah berkat doa anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa kedua ibu-bapa.
Walau macam mana buruk kedua ibu-bapa dan dosa kedua ibu-bapa kita, itu adalah bukan
urusan kita. Urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sepertimana
mereka menjaga kita sewaktu masih kecil lagi hinggakan dewasa. Walau banyak mana dosa
yang dilakukan, urusan kita ialah memohonkan ampun kepada Allah SWT, semoga mendapat
tempat di akhirat dan alam kubur. Erti kasih sayang kepada ibu bapa bukanlah wang ringgit,
cukuplah dengan doa agar mendapat tempat di sisi Allah SWT.
kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia
akan bercakap dengan Allah SWT. Nabi Musa sering bertanya dan Allah SWT akan menjawab
pada waktu itu juga. Ini lah kelebihannya yang tiada pada nabi-nabi lain. Suatu hari Nabi
Musa bertanya kepada Allah SWT...
“Ya Allah siapakah orang yang di syurga nanti akan berjiran dengan aku ?”.
Allah SWT menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya.
Setelah mendapat jawapan Nabi Musa turun dari bukit dan terus berjalan menuju ke tempat
yang diberitahu.
Setelah beberapa hari dalam perjalanan akhirnya beliau sampai ke tempat berkenaan.
Dengan pertolongan beberapa penduduk di situ beliau berjaya bertemu dengan orang
tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Tuan
rumah tidak melayan Nabi Musa dan terus masuk ke bilik dan melakukan sesuatu. Sebentar
kemudian dia keluar sambil membawa seekor khin’zir betina yang besar dan didokong
dengan cermat. Nabi Musa terkejut dan bertanya “Apa hal ini ?” di dalam hatinya penuh
kehairanan. Khin’zir itu dimandikan dan dibersihkan dengan baik, dikeringkan, dipeluk dan
diciumnya. Selepas itu orang tersebut membawa keluar pula seekor khin’zir jantan dan
dilakukan serupa dengan khin’zir betina tadi.
Setelah selasai tugasnya, barulah orang itu melayan Nabi Musa dan lalu bertanya,
“Wahai saudara, apa agama kamu ?”.
“Tauhid agamaku”, jawab orang itu iaitu agama Islam.
“Mengapa kamu membela khin’zir, kita dilarang berbuat begitu”, kata Nabi Musa.
“Wahai tuan hamba, sebenarnya kedua-dua ekor khin’zir itu adalah kedua ibu-bapaku”,
terang orang itu. “Oleh kerana kedua-dua mereka telah melakukan dosa besar, Allah SWT
telah menukarkan rupa mereka kepada khin’zir. Soal dosa mereka dengan Allah adalah
urusan mereka dan urusan Allah. Aku sebagai anaknya akan berbakti dan tetap
melaksanakan kewajipan sebagai anak sepertimana yang tuan hamba lihat tadi walaupun
mereka telah bertukar menjadi khin’zir”, jelas dengan orang itu lagi.
“Setiap hari aku berdoa kepada Allah SWT agar dosa mereka diampunkan serta menukarkan
wajah mereka seperti manusia biasa”, tambah orang itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah SWT menurunkan wahyuNya kepada Nabi Musa.
“Wahai Musa inilah orang yang akan berjiran dengan kamu di syurga nanti, daripada hasil
baktinya yang terlalu tinggi kepada kedua ibu-bapanya, walau pun telah berubah kepada
khin’zir. Oleh itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak yang soleh di sisi Kami. Oleh kerana
dia telah berada dimaqam anak yang soleh disisi Kami, maka Kami makbulkan doanya.”
Itulah berkat doa anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa kedua ibu-bapa.
Walau macam mana buruk kedua ibu-bapa dan dosa kedua ibu-bapa kita, itu adalah bukan
urusan kita. Urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sepertimana
mereka menjaga kita sewaktu masih kecil lagi hinggakan dewasa. Walau banyak mana dosa
yang dilakukan, urusan kita ialah memohonkan ampun kepada Allah SWT, semoga mendapat
tempat di akhirat dan alam kubur. Erti kasih sayang kepada ibu bapa bukanlah wang ringgit,
cukuplah dengan doa agar mendapat tempat di sisi Allah SWT.
Friday, July 10, 2009
tiada yang menerima taubat melainkan Allah
Imam asy-Syafe’i sebelum pulang ke rahmatuLlah sempat menukilkan sebuah puisi yang antara lain menyebutkan: Dosa-dosaku kelihatan terlalu besar buat diriku,
tetapi setelah kubandingkan dengan keampunan-Mu,
ternyata keampunan-Mu jauh lebih besar…’
Bait-bait indah tersebut tentunya lahir daripada rasa hamba dan rasa cinta juga rasa keyakinan yang mendalam terhadap sifat-sifat dan nama-nama mulia Allah; at-Tawwab (Maha Penerima Taubat), al-Ghafur (Maha Pengampun) dan ar-Rahim (Maha Penyayang).
Sifat-sifat dan nama-nama tersebut tergambar dengan cukup jelas dalam maksud wasiat-wasiat rabbani seperti berikut:"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal soleh, kemudian tetap di jalan yang benar". (Thaha : 82)
"Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang berlebih-lebihan terhadap dirinya (lazim berbuat dosa), janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Az-Zumar: 53).
“Tidakkah mereka tahu bahawa Allah menerima taubat daripada hamba-Nya dan menerima beberapa sedekah ? Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (at-Taubah: 104)
"Sesungguhnya Tuhanmu memberi ampunan bagi manusia atas kezalimannya, dan
sesungguhnya Tuhanmu amat keras siksanya." (Ar-Ra’ad: 6). "Barangsiapa yang bertaubat sesudah melakukan kezaliman dan berbuat kebajikan, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Maidah: 39).
“Diriwayatkan daripada Umar bin al-Khattab r.a., berkata bahawa beberapa orang tawanan dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w. Seorang wanita di antara tawanan itu mencari-cari, ketika dia menemukan seorang anak (bayi) di antara para tawanan itu, dia ambil dan dia dakapkan keperutnya untuk disusui. Melihat keadaan itu, Rasulullah s.a.w. bersabda kepada kami (para sahabat), ‘Adakah kalian berpendapat wanita ini sampai hati melemparkan anaknya ke dalam api ?’ Kami menjawab,
Tiada yang lebih menerima taubat melainkan Allah..............
‘Tidak, demi Allah, sedangkan dia mampu untuk tidak melemparkannya.’ Rasulullah s.a.w. bersabda, ‘Sungguh, Allah lebih menyayangi para hamba-Nya, berbanding wanita tersebut terhadap anaknya.” (HR
Muslim)
Mungkin kisah dalam hadith di atas terdapat sedikit persamaan dengan sebuah kisah yang diceritakan oleh Sheikh Muhammad Soleh al-Munajjid yang diringkaskan seperti berikut:
‘Dikisahkan terdapat seorang lelaki pada zaman dahulu sewaktu melewati sebuah lorong telah ternampak sebuah rumah yang terbuka pintunya. Tiba-tiba seorang perempuan mengheret keluar seorang anak kecil yang sedang menangis sambil merayu-rayu. Perempuan tersebut membiarkan anak kecil itu di luar rumah, lalu menutup pintu. Kanak-kanak tadi kemudiannya berlalu pergi. Dia berhenti, melihat sekeliling, mencari tempat untuk berteduh tapi tak siapa peduli sebagaimana emaknya sendiri. Akhirnya, dia kembali ke rumah, bagaimanapun pintu rumah masih terkatup kunci. Dia duduk di bendul pintu sambil meletakkan pipinya di bidai pintu sedang pipinya berbekas genangan air mata. Tiba-tiba pintu terbuka. Emaknya tidak dapat mengawal perasaan apabila melihatkan hal keadaan anak kecilnya itu. Perempuan itu membongkok lantas mendakap erat lalu mencium anak lelaki itu. Ujar perempuan itu sambil menangis: ‘Oh anak ibu! Anak kesayangan ibu! Buah hatiku ibu! Ke manakah engkau? Bukankah telah ibu kata jangan degil? Dengar cakap ibu. Jangan paksa ibu hukum kau. Ibu benci menghukum engkau.’ Kemudian, perempuan itu membawa masuk anak kecilnya ke dalam rumah.’
Menurut Sheikh Muhammad Soleh al-Munajjid: ‘Nabi s.a.w. pernah bersabda: ‘Allah mengasihi makhluk-Nya lebih daripada seorang perempuan kasihkan anaknya.’ Menurut beliau lagi, terlalu jauh perbandingan antara kasih ibu dan anak dengan kasih Allah dan makhluknya. Allah ‘azzawajalla amat mengalu-alukan penyesalan dan taubat daripada hamba-Nya. Allah ‘azzawajalla juga bukan sekadar menerima taubat bahkan menerima taubat yang berulang-ulang kali berdasarkan sebuah hadith sahih (HR Muslim). Dalam
riwayat tersebut, 'Abdul al-A'la menyebutkan bahawa dia tidak pasti Nabi (s.a.w.) telah menyebutkan tiga atau empat kali atau berapa banyak kali yang engkau suka. Ternyata ‘kebaikan’ Allah sering dilupakan oleh manusia. Begitu juga dengan sifat ‘cinta’ dan ‘penyayang’ Allah sering dialpakan oleh manusia yang telah terlalu banyak lagi rakus mengecap pelbagai nikmat daripada-Nya sebagaimana yang cuba dirakamkan dalam puisi berikut:
Aku yang berlari
Engkau Yang Maha Tidak Memungkiri Janji
pernah berjanji:
kalau engkau datang berjalan
Aku datang dengan berlari
Tiada yang lebih menerima taubat melainkan Allah.....................
Tapi, bila Engkau datang dengan berjalan
aku berlari sekuat hati melarikan diri
"Engkau memanggilku, tapi aku berpaling dari-Mu,
Engkau tampakkan kasih sayang-Mu padaku, tapi aku tampakkan kebencian
(terhadap yang aku tak suka) pada-Mu
Engkau menyayangiku, tetapi aku tidak mempedulikan-Mu seakan-akan aku lebih
tinggi daripada-Mu
Namun, sikapku itu tidak mencegah-Mu
untuk melimpahkan Rahmat dan Kebaikan-Mu padaku."
(Syeikh al-Ashifi dalam Bihar al-Anwar)
tetapi setelah kubandingkan dengan keampunan-Mu,
ternyata keampunan-Mu jauh lebih besar…’
Bait-bait indah tersebut tentunya lahir daripada rasa hamba dan rasa cinta juga rasa keyakinan yang mendalam terhadap sifat-sifat dan nama-nama mulia Allah; at-Tawwab (Maha Penerima Taubat), al-Ghafur (Maha Pengampun) dan ar-Rahim (Maha Penyayang).
Sifat-sifat dan nama-nama tersebut tergambar dengan cukup jelas dalam maksud wasiat-wasiat rabbani seperti berikut:"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal soleh, kemudian tetap di jalan yang benar". (Thaha : 82)
"Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang berlebih-lebihan terhadap dirinya (lazim berbuat dosa), janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Az-Zumar: 53).
“Tidakkah mereka tahu bahawa Allah menerima taubat daripada hamba-Nya dan menerima beberapa sedekah ? Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (at-Taubah: 104)
"Sesungguhnya Tuhanmu memberi ampunan bagi manusia atas kezalimannya, dan
sesungguhnya Tuhanmu amat keras siksanya." (Ar-Ra’ad: 6). "Barangsiapa yang bertaubat sesudah melakukan kezaliman dan berbuat kebajikan, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Maidah: 39).
“Diriwayatkan daripada Umar bin al-Khattab r.a., berkata bahawa beberapa orang tawanan dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w. Seorang wanita di antara tawanan itu mencari-cari, ketika dia menemukan seorang anak (bayi) di antara para tawanan itu, dia ambil dan dia dakapkan keperutnya untuk disusui. Melihat keadaan itu, Rasulullah s.a.w. bersabda kepada kami (para sahabat), ‘Adakah kalian berpendapat wanita ini sampai hati melemparkan anaknya ke dalam api ?’ Kami menjawab,
Tiada yang lebih menerima taubat melainkan Allah..............
‘Tidak, demi Allah, sedangkan dia mampu untuk tidak melemparkannya.’ Rasulullah s.a.w. bersabda, ‘Sungguh, Allah lebih menyayangi para hamba-Nya, berbanding wanita tersebut terhadap anaknya.” (HR
Muslim)
Mungkin kisah dalam hadith di atas terdapat sedikit persamaan dengan sebuah kisah yang diceritakan oleh Sheikh Muhammad Soleh al-Munajjid yang diringkaskan seperti berikut:
‘Dikisahkan terdapat seorang lelaki pada zaman dahulu sewaktu melewati sebuah lorong telah ternampak sebuah rumah yang terbuka pintunya. Tiba-tiba seorang perempuan mengheret keluar seorang anak kecil yang sedang menangis sambil merayu-rayu. Perempuan tersebut membiarkan anak kecil itu di luar rumah, lalu menutup pintu. Kanak-kanak tadi kemudiannya berlalu pergi. Dia berhenti, melihat sekeliling, mencari tempat untuk berteduh tapi tak siapa peduli sebagaimana emaknya sendiri. Akhirnya, dia kembali ke rumah, bagaimanapun pintu rumah masih terkatup kunci. Dia duduk di bendul pintu sambil meletakkan pipinya di bidai pintu sedang pipinya berbekas genangan air mata. Tiba-tiba pintu terbuka. Emaknya tidak dapat mengawal perasaan apabila melihatkan hal keadaan anak kecilnya itu. Perempuan itu membongkok lantas mendakap erat lalu mencium anak lelaki itu. Ujar perempuan itu sambil menangis: ‘Oh anak ibu! Anak kesayangan ibu! Buah hatiku ibu! Ke manakah engkau? Bukankah telah ibu kata jangan degil? Dengar cakap ibu. Jangan paksa ibu hukum kau. Ibu benci menghukum engkau.’ Kemudian, perempuan itu membawa masuk anak kecilnya ke dalam rumah.’
Menurut Sheikh Muhammad Soleh al-Munajjid: ‘Nabi s.a.w. pernah bersabda: ‘Allah mengasihi makhluk-Nya lebih daripada seorang perempuan kasihkan anaknya.’ Menurut beliau lagi, terlalu jauh perbandingan antara kasih ibu dan anak dengan kasih Allah dan makhluknya. Allah ‘azzawajalla amat mengalu-alukan penyesalan dan taubat daripada hamba-Nya. Allah ‘azzawajalla juga bukan sekadar menerima taubat bahkan menerima taubat yang berulang-ulang kali berdasarkan sebuah hadith sahih (HR Muslim). Dalam
riwayat tersebut, 'Abdul al-A'la menyebutkan bahawa dia tidak pasti Nabi (s.a.w.) telah menyebutkan tiga atau empat kali atau berapa banyak kali yang engkau suka. Ternyata ‘kebaikan’ Allah sering dilupakan oleh manusia. Begitu juga dengan sifat ‘cinta’ dan ‘penyayang’ Allah sering dialpakan oleh manusia yang telah terlalu banyak lagi rakus mengecap pelbagai nikmat daripada-Nya sebagaimana yang cuba dirakamkan dalam puisi berikut:
Aku yang berlari
Engkau Yang Maha Tidak Memungkiri Janji
pernah berjanji:
kalau engkau datang berjalan
Aku datang dengan berlari
Tiada yang lebih menerima taubat melainkan Allah.....................
Tapi, bila Engkau datang dengan berjalan
aku berlari sekuat hati melarikan diri
"Engkau memanggilku, tapi aku berpaling dari-Mu,
Engkau tampakkan kasih sayang-Mu padaku, tapi aku tampakkan kebencian
(terhadap yang aku tak suka) pada-Mu
Engkau menyayangiku, tetapi aku tidak mempedulikan-Mu seakan-akan aku lebih
tinggi daripada-Mu
Namun, sikapku itu tidak mencegah-Mu
untuk melimpahkan Rahmat dan Kebaikan-Mu padaku."
(Syeikh al-Ashifi dalam Bihar al-Anwar)
perkara yang sia-sia...
Sufyan ats-Tsauri, seorang ulama hadis yang terkemuka, menyatakan bahawa ada sepuluh hal yang termasuk dalam kategori sia-sia, iaitu:-
1. Laki-laki atau wanita yang berdoa untuk dirinya sendiri, tapi tidak dimohonkannya doa untuk ibu-bapanya sendiri dan kaum Muslimin.
2. Orang yang kerapkali membaca Al Quran, tapi tidak membaca secara tertib sampai seratus ayat tiap-tiap hari.
3. Laki-laki yang masuk ke dalam masjid, kemudian ia keluar kembali dari masjid itu tanpa mengerjakan shalat tahiyatul-masjid.
4. Orang-orang yang melewati tanah perkuburan, tapi tidak mengucapkan salam kepada penghuni-penghuni kubur dan tidak mendoakan untuk keselamatan arwah-arwah mereka.
5. Laki-laki yang masuk pada hari Jumaat ke suatu kota, kemudian ia keluar lagi dari kota itu tanpa mengerjakan shalat Jumaat berjemaah.
6. Laki-laki atau wanita yang tinggal di suatu lingkungan dengan seorang ulama, tapi dia tidak mempergunakan kesempatan itu untuk menambah ilmu pengetahuan.
7. Dua orang laki-laki yang bersahabat, tapi mereka tidak saling menanyakan tentang keadaan masing-masing dan keluarganya.
8. Laki-laki yang mengundang seseorang menjadi tetamunya, tapi tidak diacuhkan dan tidak dilayani tetamunya itu.
9. Pemuda yang menjadikan zaman mudanya berlalu begitu saja tanpa memanfaatkan waktu yang berharga itu untuk menuntut ilmu dan meningkatkan budi pekerti.
10. Orang yang tidak menyedari tetangganya yang merintih lantaran kelaparan, sedang ia sendiri makan kekenyangan di dalam rumahnya.
1. Laki-laki atau wanita yang berdoa untuk dirinya sendiri, tapi tidak dimohonkannya doa untuk ibu-bapanya sendiri dan kaum Muslimin.
2. Orang yang kerapkali membaca Al Quran, tapi tidak membaca secara tertib sampai seratus ayat tiap-tiap hari.
3. Laki-laki yang masuk ke dalam masjid, kemudian ia keluar kembali dari masjid itu tanpa mengerjakan shalat tahiyatul-masjid.
4. Orang-orang yang melewati tanah perkuburan, tapi tidak mengucapkan salam kepada penghuni-penghuni kubur dan tidak mendoakan untuk keselamatan arwah-arwah mereka.
5. Laki-laki yang masuk pada hari Jumaat ke suatu kota, kemudian ia keluar lagi dari kota itu tanpa mengerjakan shalat Jumaat berjemaah.
6. Laki-laki atau wanita yang tinggal di suatu lingkungan dengan seorang ulama, tapi dia tidak mempergunakan kesempatan itu untuk menambah ilmu pengetahuan.
7. Dua orang laki-laki yang bersahabat, tapi mereka tidak saling menanyakan tentang keadaan masing-masing dan keluarganya.
8. Laki-laki yang mengundang seseorang menjadi tetamunya, tapi tidak diacuhkan dan tidak dilayani tetamunya itu.
9. Pemuda yang menjadikan zaman mudanya berlalu begitu saja tanpa memanfaatkan waktu yang berharga itu untuk menuntut ilmu dan meningkatkan budi pekerti.
10. Orang yang tidak menyedari tetangganya yang merintih lantaran kelaparan, sedang ia sendiri makan kekenyangan di dalam rumahnya.
amalan baik tidak patut ditangguh
SUATU peristiwa yang paling pasti di dalam kehidupan ialah maut kita sendiri. Walaupun ia pasti berlaku, kita tidak tahu bila ia akan tiba. Oleh yang demikian, kita harus benar-benar insaf bahawa kita boleh meninggal dunia pada bila-bila masa saja.Apabila kita sudah meninggal dunia, maka kesempatan kita untuk sujud kepada kebesaran Allah dan berusaha mengikuti ajarannya sudah tidak ada lagi. Jika kita tidak berhati-hati, kesibukan serta tipu daya dunia boleh membuat kita lupa akan pertemuan di akhirat nanti.Tambahan pula, apabila agama telah menjadi satu ikutan warisan atau budaya semata-mata dan tidak lagi sebagai satu tanggungjawab peribadi, maka kita sudah meletakkan agama pada tahap yang kurang utama dalam kehidupan kita.Allah berfirman yang bermaksud: “(Iaitu) orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan gurauan sedang mereka telah terpedaya dengan kehidupan di dunia. Maka pada hari ini kami lupakan mereka, sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan hari ini dan kerana mereka menyangkal ayat-ayat Kami.” – (Surah Al-A’raaf ayat 51)Setiap daripada kita mempunyai pilihan untuk memilih sama ada hendak hidup sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan atau sebagai seorang yang tidak percaya atau pura-pura percaya kepada-Nya.Sekiranya kita benar-benar percaya kepada kewujudan Tuhan, maka kita akan berusaha melentur kehidupan kita supaya bersesuaian dengan ajaran-Nya. Kita akan yakin benar bahawa dengan mengikuti petunjuk-Nya, hidup kita akan berjaya di dunia dan akhirat.
Amalan baik tidak patut ditangguh..............................
Pada orang beriman, ayat 6 di dalam surah Al-An’aam bukan hanya suatu doa penyedap hati semata-mata tetapi suatu luahan hati yang mencerminkan perlakuannya: “Katakanlah, sesungguhnya solatku, dan ibadahku, dan hidupku, dan matiku, kesemuanya untuk Allah, pemelihara semesta alam.”Orang yang percaya Tuhan benar-benar takut kepada azab-Nya dan mensyukuri rahmat yang diberikan-Nya. Ia benar-benar beriman bahawa sekiranya Tuhan memberikan sesuatu kepadanya, tidak ada seseorang pun yang boleh menidakkannya dan sekiranya Tuhan menahan sesuatu, tidak ada seorang pun yang boleh memberikannya.Maka, Tuhan adalah pemberi yang sebenarnya. Sekiranya kita percaya perkara ini, tidak mungkin kita berkelakuan dengan cara melanggari ajaran-Nya atau bersikap sambil lewa terhadap memahami isi kandungan al-Quran.Dalam mencari rezeki, umpamanya, kita tidak akan berusaha mendapatkan pendapatan melalui cara rasuah atau dengan cara menyusahkan makhluk Tuhan, termasuk manusia serta alam sekitar. Cuma orang yang kurang yakin dengan pemberian Tuhan akan bertindak sedemikian.Begitu juga, kita tidak akan membenarkan kilauan kehidupan membohongi jiwa kita sehingga kita sanggup memutarbelitkan ayat Allah atau menyembunyikannya ekoran sebarang tujuan, termasuk takut kepada pandangan awam atau untuk menjaga kedudukan dalam masyarakat. Ini adalah sikap orang yang lebih takut kepada pelbagai berhala ciptaannya sendiri daripada takut kepada Tuhan.Sekiranya hidup kita dan mati kita adalah kerana Allah, adakah kita akan berkelakuan sumbang atau jahat terhadap manusia lain? Sudah tentu orang yang beriman kepada ayat berkenaan akan berusaha membaca al-Quran untuk mendapatkan petunjuk bagi memahami bagaimana caranya untuk hidup dan mati kerana Allah.Malangnya, kita dapati bahawa kebanyakan kita lebih selesa untuk hidup berpura-pura sesama sendiri sehingga ia terlambat.Bagi mereka yang mahu, mereka harus mengambil iktibar daripada firman Allah dalam surah Sajdah ayat 12 yang bermaksud: “Kalau kamu dapat melihat, ketika orang berdosa menundukkan kepalanya di sisi Tuhannya (lalu berkata): Ya Tuhan kami, telah kami lihat dan telah kami dengar (seksa yang kami mungkiri masa dahulu); maka kembalikanlah kami (ke atas dunia) supaya kami akan kerjakan amalan soleh kerana kami telah yakin.”Di dalam surah di atas, kita dapati manusia yang tidak yakin semasa berada di muka bumi merayu kepada Tuhan supaya diberikan peluang untuk kembali ke dunia untuk melakukan kebaikkan. Malangnya masa itu sudah terlambat.
Amalan baik tidak patut ditangguh................
Kita harus berwaspada dan sentiasa menjalankan kehidupan kita supaya kita tidak tergolong dalam golongan yang malang itu. Namun, walaupun ayat ini dihadapkan kepada semua manusia, hanya mereka yang mahu percaya akan percaya.Bagi mereka yang ada penyakit di dalam hati mereka, sikap mereka akan seperti firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 124 hingga 125 yang bermaksud: “Apabila diturunkan satu surah, maka di antara mereka (munafik) ada yang berkata: Manakah ayat yang menambah keimananmu? Adapun bagi orang yang beriman, makin bertambah keimanannya, sedang mereka itu bergembira.” – (9:124)“Adapun orang yang dalam hatinya ada penyakit, bertambah kekotorannya kepada kekafiran dan mereka mati sedang mereka orang kafir.” – (9:125)Apabila dikatakan “hidup kerana Tuhan”, sudah tentu ia bermakna keseluruhan kehidupan kita daripada muda atau sejak kita diberikan pengetahuan-Nya sehingga tua. Kehidupan juga merangkumi segala aspek kehidupan kita.Oleh yang demikian, tidak wujud sebarang pembahagian kepada “sekular atau agama”. Oleh kerana kita tidak boleh tahu panjangnya hayat kita, maka kita semestinya bergegas untuk memperolehi pengetahuan daripada-Nya.Pengetahuan ini penting untuk melahirkan cara hidup yang konsisten dengan ajaran Tuhan. Kita tidak boleh menanti sehingga tua untuk ‘beribadat’. Sekiranya kita berfikiran sedemikian, ini bermakna kita sengaja tidak mahu berusaha untuk menjalankan kehidupan kita berdasarkan ajaran-Nya dari sekarang.Kita meletakkan keutamaan kepada perkara lain dan lupa kepada pertemuan kita dengan Allah kelak. Sekiranya kita tidak mengutamakan ajaran Allah, adakah Allah akan mengutamakan kita?Kita boleh mengambil iktibar daripada surah Sajdah ayat 14 yang bermaksud: “Sebab itu rasailah olehmu (seksa itu) kerana kamu telah melupakan pertemuan hari ini, sesungguhnya Kami telah melupakan kamu pula, dan rasailah olehmu seksa yang kekal kerana (apa) yang telah kamu kerjakan.”Orang seperti ini yang lebih takut kepada bayang-bayang dunia yang sementara saja akan diazab berkekalan oleh Allah. Kekayaan, kuasa, kedudukan, sahabat, pemimpin, guru dan keluarga semuanya akan terputus daripada kita apabila kita mati.Namun di dunia, kita lebih dipengaruhi oleh pertimbangan perkara-perkara ini daripada penemuan pasti kita dengan Allah.
Amalan baik tidak patut ditangguh..................
Penipuan diri seperti inilah yang menjadikan manusia sombong, tidak berkasih sayang serta bersikap penindas di muka bumi.
Mereka leka dengan kedudukan sementara mereka serta kepandaian yang dipinjamkan kepada mereka. Kita perlu ingat bahawa kekufuran Iblis diakibatkan oleh sifat kesombongannya seperti firman Allah di dalam ayat 34 surah al-Baqarah yang bermaksud: “Dan apabila Kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali Iblis. Ia enggan, dan ia sombong, dan ia menjadi antara orang yang tidak percaya (kafir).”Jelas bahawa sifat sombong itu amat berbahaya sehingga boleh menjadikan seseorang itu kufur terhadap ajaran Allah. Seorang yang sombong akan menganggap dirinya serba tahu dan ia tidak akan mahu belajar perkara yang ia tidak tahu atau tidak bersesuaian dengan keinginannya.Kesombongan menghalang seseorang daripada menginsafi kecacatannya sebagai seorang manusia. Apabila ia memperolehi suatu pengetahuan yang ia suka, maka ia akan taksub kepadanya sehingga mengetepikan pandangan lain tanpa menilainya terlebih dahulu. Tidak mustahil juga ketaksubannya pada satu pandangan atau fahaman menjadikannya orang yang menyangkal ajaran Allah yang sebenar.Walaupun ayat al-Quran ditunjuk kepada orang seperti ini berkaitan dengan suatu perkara, ia akan menolaknya dengan pelbagai dalih. Ia lebih rela berpaut kepada apa yang pernah ia dengar tanpa membandingkannya dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.Allah berfirman di dalam surah al-Mukmin ayat 35 yang bermaksud: “(Iaitu) orang yang membantah ayat Allah tanpa keterangan yang sampai kepada mereka. Amatlah besar kebencian di sisi Allah, dan di sisi orang yang beriman (terhadap mereka); Demikianlah Allah menutup setiap hati orang yang sombong, dan sewenang-wenang.”Orang yang mengaku Islam sebulat suara akan mengaku bahawa Ramadan adalah bulan yang mulia kerana di dalam bulan inilah Allah Yang Maha Mengasihani telah menurunkan al-Quran sebagai panduan kepada manusia.Dengan turunnya Al-Quran, manusia telah diajak untuk berfikir secara kritis supaya dapat membezakan kebenaran dan kepalsuan. Sekiranya kita tidak pernah membaca maksud al-Quran sebelum ini, mungkin bulan Ramadan ini adalah peluang yang diberikan Allah kepada kita untuk memahami ajaran-Nya... sebelum telambat.
Amalan baik tidak patut ditangguh..............................
Pada orang beriman, ayat 6 di dalam surah Al-An’aam bukan hanya suatu doa penyedap hati semata-mata tetapi suatu luahan hati yang mencerminkan perlakuannya: “Katakanlah, sesungguhnya solatku, dan ibadahku, dan hidupku, dan matiku, kesemuanya untuk Allah, pemelihara semesta alam.”Orang yang percaya Tuhan benar-benar takut kepada azab-Nya dan mensyukuri rahmat yang diberikan-Nya. Ia benar-benar beriman bahawa sekiranya Tuhan memberikan sesuatu kepadanya, tidak ada seseorang pun yang boleh menidakkannya dan sekiranya Tuhan menahan sesuatu, tidak ada seorang pun yang boleh memberikannya.Maka, Tuhan adalah pemberi yang sebenarnya. Sekiranya kita percaya perkara ini, tidak mungkin kita berkelakuan dengan cara melanggari ajaran-Nya atau bersikap sambil lewa terhadap memahami isi kandungan al-Quran.Dalam mencari rezeki, umpamanya, kita tidak akan berusaha mendapatkan pendapatan melalui cara rasuah atau dengan cara menyusahkan makhluk Tuhan, termasuk manusia serta alam sekitar. Cuma orang yang kurang yakin dengan pemberian Tuhan akan bertindak sedemikian.Begitu juga, kita tidak akan membenarkan kilauan kehidupan membohongi jiwa kita sehingga kita sanggup memutarbelitkan ayat Allah atau menyembunyikannya ekoran sebarang tujuan, termasuk takut kepada pandangan awam atau untuk menjaga kedudukan dalam masyarakat. Ini adalah sikap orang yang lebih takut kepada pelbagai berhala ciptaannya sendiri daripada takut kepada Tuhan.Sekiranya hidup kita dan mati kita adalah kerana Allah, adakah kita akan berkelakuan sumbang atau jahat terhadap manusia lain? Sudah tentu orang yang beriman kepada ayat berkenaan akan berusaha membaca al-Quran untuk mendapatkan petunjuk bagi memahami bagaimana caranya untuk hidup dan mati kerana Allah.Malangnya, kita dapati bahawa kebanyakan kita lebih selesa untuk hidup berpura-pura sesama sendiri sehingga ia terlambat.Bagi mereka yang mahu, mereka harus mengambil iktibar daripada firman Allah dalam surah Sajdah ayat 12 yang bermaksud: “Kalau kamu dapat melihat, ketika orang berdosa menundukkan kepalanya di sisi Tuhannya (lalu berkata): Ya Tuhan kami, telah kami lihat dan telah kami dengar (seksa yang kami mungkiri masa dahulu); maka kembalikanlah kami (ke atas dunia) supaya kami akan kerjakan amalan soleh kerana kami telah yakin.”Di dalam surah di atas, kita dapati manusia yang tidak yakin semasa berada di muka bumi merayu kepada Tuhan supaya diberikan peluang untuk kembali ke dunia untuk melakukan kebaikkan. Malangnya masa itu sudah terlambat.
Amalan baik tidak patut ditangguh................
Kita harus berwaspada dan sentiasa menjalankan kehidupan kita supaya kita tidak tergolong dalam golongan yang malang itu. Namun, walaupun ayat ini dihadapkan kepada semua manusia, hanya mereka yang mahu percaya akan percaya.Bagi mereka yang ada penyakit di dalam hati mereka, sikap mereka akan seperti firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 124 hingga 125 yang bermaksud: “Apabila diturunkan satu surah, maka di antara mereka (munafik) ada yang berkata: Manakah ayat yang menambah keimananmu? Adapun bagi orang yang beriman, makin bertambah keimanannya, sedang mereka itu bergembira.” – (9:124)“Adapun orang yang dalam hatinya ada penyakit, bertambah kekotorannya kepada kekafiran dan mereka mati sedang mereka orang kafir.” – (9:125)Apabila dikatakan “hidup kerana Tuhan”, sudah tentu ia bermakna keseluruhan kehidupan kita daripada muda atau sejak kita diberikan pengetahuan-Nya sehingga tua. Kehidupan juga merangkumi segala aspek kehidupan kita.Oleh yang demikian, tidak wujud sebarang pembahagian kepada “sekular atau agama”. Oleh kerana kita tidak boleh tahu panjangnya hayat kita, maka kita semestinya bergegas untuk memperolehi pengetahuan daripada-Nya.Pengetahuan ini penting untuk melahirkan cara hidup yang konsisten dengan ajaran Tuhan. Kita tidak boleh menanti sehingga tua untuk ‘beribadat’. Sekiranya kita berfikiran sedemikian, ini bermakna kita sengaja tidak mahu berusaha untuk menjalankan kehidupan kita berdasarkan ajaran-Nya dari sekarang.Kita meletakkan keutamaan kepada perkara lain dan lupa kepada pertemuan kita dengan Allah kelak. Sekiranya kita tidak mengutamakan ajaran Allah, adakah Allah akan mengutamakan kita?Kita boleh mengambil iktibar daripada surah Sajdah ayat 14 yang bermaksud: “Sebab itu rasailah olehmu (seksa itu) kerana kamu telah melupakan pertemuan hari ini, sesungguhnya Kami telah melupakan kamu pula, dan rasailah olehmu seksa yang kekal kerana (apa) yang telah kamu kerjakan.”Orang seperti ini yang lebih takut kepada bayang-bayang dunia yang sementara saja akan diazab berkekalan oleh Allah. Kekayaan, kuasa, kedudukan, sahabat, pemimpin, guru dan keluarga semuanya akan terputus daripada kita apabila kita mati.Namun di dunia, kita lebih dipengaruhi oleh pertimbangan perkara-perkara ini daripada penemuan pasti kita dengan Allah.
Amalan baik tidak patut ditangguh..................
Penipuan diri seperti inilah yang menjadikan manusia sombong, tidak berkasih sayang serta bersikap penindas di muka bumi.
Mereka leka dengan kedudukan sementara mereka serta kepandaian yang dipinjamkan kepada mereka. Kita perlu ingat bahawa kekufuran Iblis diakibatkan oleh sifat kesombongannya seperti firman Allah di dalam ayat 34 surah al-Baqarah yang bermaksud: “Dan apabila Kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali Iblis. Ia enggan, dan ia sombong, dan ia menjadi antara orang yang tidak percaya (kafir).”Jelas bahawa sifat sombong itu amat berbahaya sehingga boleh menjadikan seseorang itu kufur terhadap ajaran Allah. Seorang yang sombong akan menganggap dirinya serba tahu dan ia tidak akan mahu belajar perkara yang ia tidak tahu atau tidak bersesuaian dengan keinginannya.Kesombongan menghalang seseorang daripada menginsafi kecacatannya sebagai seorang manusia. Apabila ia memperolehi suatu pengetahuan yang ia suka, maka ia akan taksub kepadanya sehingga mengetepikan pandangan lain tanpa menilainya terlebih dahulu. Tidak mustahil juga ketaksubannya pada satu pandangan atau fahaman menjadikannya orang yang menyangkal ajaran Allah yang sebenar.Walaupun ayat al-Quran ditunjuk kepada orang seperti ini berkaitan dengan suatu perkara, ia akan menolaknya dengan pelbagai dalih. Ia lebih rela berpaut kepada apa yang pernah ia dengar tanpa membandingkannya dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.Allah berfirman di dalam surah al-Mukmin ayat 35 yang bermaksud: “(Iaitu) orang yang membantah ayat Allah tanpa keterangan yang sampai kepada mereka. Amatlah besar kebencian di sisi Allah, dan di sisi orang yang beriman (terhadap mereka); Demikianlah Allah menutup setiap hati orang yang sombong, dan sewenang-wenang.”Orang yang mengaku Islam sebulat suara akan mengaku bahawa Ramadan adalah bulan yang mulia kerana di dalam bulan inilah Allah Yang Maha Mengasihani telah menurunkan al-Quran sebagai panduan kepada manusia.Dengan turunnya Al-Quran, manusia telah diajak untuk berfikir secara kritis supaya dapat membezakan kebenaran dan kepalsuan. Sekiranya kita tidak pernah membaca maksud al-Quran sebelum ini, mungkin bulan Ramadan ini adalah peluang yang diberikan Allah kepada kita untuk memahami ajaran-Nya... sebelum telambat.
Thursday, July 9, 2009
jihad
Jihad itu bermaksud berusaha habis-habisan untuk mendapatkan keredhaan Allah. Kata qil: "Jihad itu pada hakikatnya ialah berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk menghasilkan sesuatu yang diredhai Allah dari keimanan dan amal soleh dan menolak sesuatu yang dimurkai Allah dari kekufuran, kefasikan dan kedurhakan."
Secara ringkasnya jihad itu melingkupi mengajak dan mengadakan kebaikan serta menjauhi kemungkaran dengan bersungguh-sungguh terhadap diri sendiri dan masyarakat. Jihad seharusnya dipraktikkan dalam segenap kehidupan seorang muslim dan ianya dapat dibahagikan kepada aspek-aspek berikut:
1. Jihad menentang hawa nafsu"Beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan rugilah orang yang mengotorinya."(As-Syam: 10)
2. Jihad menentang hasutan syaitan"Syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuh." (Al-Fatir: 6)
3. Jihad terhadap kafirun dan munafikun"Hai Nabi, berjihadlah kamu melawan orang-orang munafik dan kafir itu dan bersikap keraslah terhadap mereka." (At-Taubah: 73)
4. Jihad terhadap pemimpin yang zalim"Sesungguhnya jihad yang terbesar ialah mengatakan kebenaran di hadapan pemerintah yang zalim." (HR Abu Daud)
Daripada Muaz bin Jabal, Nabi s.a.w. bersabda maksudnya, "Kamu akan tetap di jalan yang benar dari Tuhanmu selama mana tidak timbul dikalangan kamu dua perkara iaitu kejahilan dan takutkan mati. Kamu akan terus menyuruh al-ma'ruf dan melarang al-munkar serta berjihad di jalan Allah. Tetapi apabila timbul perasaan sayang dan kasihkan dunia pada kamu maka kamu tidak lagi menyuruh kepada al-ma'ruf, menegah al-munkar dan berjihad di jalan Allah. Pada ketika itu, sesiapa yang memperkatakan al-Kitab (Qur'an) dan as-Sunnah maka kedudukan mereka itu sama seperti generasi pertama Islam dari golongan Muhajirun dan Ansar." (HR al-Bazzar.)
Jihad...........
Jihad dari semenjak zaman Nabi s.a.w. dilakukan oleh setiap golongan dalam lapisan msayarakat samaada tentera regular, 'ulama, umara ataupun rakyat biasa. Perhatikanlah bait2 syair Imam Abdullah ibn al-Mubarak (muhaddis, faqih, mujahid, penyair, murid imam Abu Hanifah dan guru Imam al-Bukhari) kepada Fudhayl bin Iyad at-Tamimi (seorang abid dan syeikh di Makkah, murid imam Syafii):
Ya 'abid al-Haramayni, law absartana,La 'alimta annaka bil 'ibadati tal'abu,Man yakhdubu khaddahu bi dumu'ihi,Fa nuhuruna bil dima'i tatakhaddabu.
Wahai abid dua Tanah Haram, jika kamu melihat kami,Akan kamu dapati bahawa ibadat kamu hanya main2 dan sia2,Wahai yang pipinya mengalir airmata taqwa,(sesungguhnya) Dada kami menangiskan airmata darah.
Ketahuilah bahawa jihad yang sebenar tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang yang dapat membebaskan dirinya dari mencintai dunia dan berilmu mengenai agamanya.
Secara ringkasnya jihad itu melingkupi mengajak dan mengadakan kebaikan serta menjauhi kemungkaran dengan bersungguh-sungguh terhadap diri sendiri dan masyarakat. Jihad seharusnya dipraktikkan dalam segenap kehidupan seorang muslim dan ianya dapat dibahagikan kepada aspek-aspek berikut:
1. Jihad menentang hawa nafsu"Beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan rugilah orang yang mengotorinya."(As-Syam: 10)
2. Jihad menentang hasutan syaitan"Syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuh." (Al-Fatir: 6)
3. Jihad terhadap kafirun dan munafikun"Hai Nabi, berjihadlah kamu melawan orang-orang munafik dan kafir itu dan bersikap keraslah terhadap mereka." (At-Taubah: 73)
4. Jihad terhadap pemimpin yang zalim"Sesungguhnya jihad yang terbesar ialah mengatakan kebenaran di hadapan pemerintah yang zalim." (HR Abu Daud)
Daripada Muaz bin Jabal, Nabi s.a.w. bersabda maksudnya, "Kamu akan tetap di jalan yang benar dari Tuhanmu selama mana tidak timbul dikalangan kamu dua perkara iaitu kejahilan dan takutkan mati. Kamu akan terus menyuruh al-ma'ruf dan melarang al-munkar serta berjihad di jalan Allah. Tetapi apabila timbul perasaan sayang dan kasihkan dunia pada kamu maka kamu tidak lagi menyuruh kepada al-ma'ruf, menegah al-munkar dan berjihad di jalan Allah. Pada ketika itu, sesiapa yang memperkatakan al-Kitab (Qur'an) dan as-Sunnah maka kedudukan mereka itu sama seperti generasi pertama Islam dari golongan Muhajirun dan Ansar." (HR al-Bazzar.)
Jihad...........
Jihad dari semenjak zaman Nabi s.a.w. dilakukan oleh setiap golongan dalam lapisan msayarakat samaada tentera regular, 'ulama, umara ataupun rakyat biasa. Perhatikanlah bait2 syair Imam Abdullah ibn al-Mubarak (muhaddis, faqih, mujahid, penyair, murid imam Abu Hanifah dan guru Imam al-Bukhari) kepada Fudhayl bin Iyad at-Tamimi (seorang abid dan syeikh di Makkah, murid imam Syafii):
Ya 'abid al-Haramayni, law absartana,La 'alimta annaka bil 'ibadati tal'abu,Man yakhdubu khaddahu bi dumu'ihi,Fa nuhuruna bil dima'i tatakhaddabu.
Wahai abid dua Tanah Haram, jika kamu melihat kami,Akan kamu dapati bahawa ibadat kamu hanya main2 dan sia2,Wahai yang pipinya mengalir airmata taqwa,(sesungguhnya) Dada kami menangiskan airmata darah.
Ketahuilah bahawa jihad yang sebenar tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang yang dapat membebaskan dirinya dari mencintai dunia dan berilmu mengenai agamanya.
berkat kejujuran....
Syeikh Abdul Kadir semasa berusia 18 tahun meminta izin ibunya merantau ke Baghdad untuk menuntut ilmu agama. Ibunya tidak menghalang cita-cita murni Abdul Kadir meskipun keberatan melepaskan anaknya berjalan sendirian beratus-ratus batu. Sebelum pergi ibunya berpesan supaya jangan berkata bohong dalam apa jua keadaan. Ibunya membekalkan wang 40 dirham dan dijahit di dalam pakaian Abdul Kadir. Selepas itu ibunya melepaskan Abdul kadir pergi bersama-sama satu rombongan yang kebetulan hendak menuju ke Baghdad. Dalam perjalanan, mereka telah diserang oleh 60 orang penyamun. Habis harta kafilah dirampas tetapi penyamun tidak mengusik Abdul Kadir kerana menyangka dia tidak mempunyai apa-apa. Salah seorang perompak bertanya Abdul Kadir apa yang dia ada. Abdul Kadir menerangkan dia ada wang 40 dirham di dalam pakaiannya. Penyamun itu hairan dan melaporkan kepada ketuanya. Pakaian Abdul Kadir dipotong dan didapati ada wang sebagaimana yang diberitahu. Ketua penyamun bertanya kenapa Abdul Kadir berkata benar walaupun diketahui wangnya akan dirampas? Abdul Kadir menerangkan yang dia telah berjanji kepada ibunya supaya tidak bercakap bohong walau apa pun yang berlaku. Apabila mendengar dia bercakap begitu, ketua penyamun menangis dan menginsafi kesalahannya. Sedangkan Abdul Kadir yang kecil tidak mengingkari kata-kata ibunya betapa dia yang telah melanggar perintah Allah sepanjang hidupnya. Ketua penyamun bersumpah tidak akan merompak lagi. Dia bertaubat di hadapan Abdul Kadir diikuti oleh pengikut-pengikutnya. Moral & Iktibar Ilmu Agama perlu dituntut meskipun terpaksa berjalan jauh. Kata-kata ibu menjadi pendorong dan perangsang dalam hidup. Berkata benar adalah satu kekuatan yang boleh memberi keinsafan kepada orang lain. Niat yang baik dan ikhlas mendapat keberkatan daripada Allah.
Thursday, July 2, 2009
teka-teki imam ghazali
Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliaubertanya (Teka Teki ) :
Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengankita ialah MATI . Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawapasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalahMASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama"
.Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung
"Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalahHAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.
"Imam Ghazali" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja
"Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANGAMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, danmalaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadikhalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnyaberebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusiamasuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.
"Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringansekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT . Gara-gara pekerjaan kitaatau urusan dunia, kita tinggalkan solat.
"Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?
"Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia iniadalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnyamenyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "
Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengankita ialah MATI . Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawapasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalahMASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama"
.Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung
"Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalahHAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.
"Imam Ghazali" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja
"Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANGAMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, danmalaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadikhalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnyaberebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusiamasuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.
"Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringansekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT . Gara-gara pekerjaan kitaatau urusan dunia, kita tinggalkan solat.
"Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?
"Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia iniadalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnyamenyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "
kisah nabi ayyub
Nabi Ayyub A.S. adalah salah seorang daripada keturunan Nabi Ibrahim A.S. dan juga anak saudara Nabi Ya'qub A.S. Baginda diutuskan untuk memulihkan kaum yang tinggal di padang pasir yang terletak di timur laut Palestin.
Apabila Nabi Ayyub A.S. dipilih menjadi nabi, baginda mula mengajar para penduduk tentang agama Allah. Baginda menasihati mereka untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Seperti nabi-nabi yang lain, sedikit sahaja yang mahu mendengar ajaran baginda pada mulanya, tetapi akhirnya jumlahnya makin bertambah.
Nabi Ayyub A.S. Adalah Seorang Hartawan
Nabi Ayyub A.S. adalah seorang yang kaya dan sangat beriman kepada Allah. Baginda mempunyai ladang yang luas, harta yang bernilai dan binatang ternakan yang banyak. Semua ini tidak sedikitpun membuatkan baginda lupa diri. Kekayaan baginda adalah kurniaan daripada Allah S.W.T.
Nabi Ayyub A.S. Menunjukkan Kesabaran
Nabi Ayyub A.S. adalah seorang yang besifat merendah diri dan bertakwa kepada Allah. Baginda adalah seorang yang sangat penyabar. Baginda menderita dengan pelbagai dugaan tetapi tidak sedikit pun baginda mengeluh tentang nasib yang menimpanya. Suatu hari, ladang baginda yang besar telah diserang oleh sekumpulan perompak. Mereka membunuh ramai pekerja-pekerja dan membawa lari sebahagian besar binatang ternakan. Nabi Ayyub A.S. tidak berasa sedih atas kerugian tersebut tetapi bersyukur kepada Allah. Tidak berapa lama selepas kejadian itu, bumbung rumah baginda pula runtuh dan ramai ahli keluarganya terlibat dalam kejadian tersebut. Nabi Ayyub A.S. sangat terkejut tetapi baginda tetap bersabar dengan berpegang pada iman yang kukuh. Baginda tidak menangis mahupun goyah iman kepada Allah. Baginda menganggap bahawa kesenangan dan anak-anak adalah ganjaran daripada Allah. Sekiranya Allah mengambil semula pemberian-Nya, tiada gunanya menangisi kehilangan tersebut.
Selepas beberapa tahun kemudian, Nabi Ayyub A.S. menderita penyakit kulit pula. Bahagian-bahagian tubuhnya diliputi dengan kudis yang menjijikkan. Baginda mempunyai ulser yang buruk rupanya pada muka dan tangannya. Kudisnya dipenuhi ulat. Diceritakan bahawa baginda mengutip ulat-ulat yang jatuh dari bengkak yang bernanah dan memuji Allah atas penciptaan ulat-ulat tersebut. Semua kejadian ini telah menyebabkan kawan-kawannya menganggap ia adalah akibat dosa yang baginda lakukan. Mereka jijik memandang baginda dan meninggalkan baginda kecuali isteri yang setia, Rahima.
Namun begitu Rahima juga menjadi semakin letih hidup bersama dengan baginda. Dia berdoa supaya suaminya meninggal dunia daripada terpaksa menahan kesakitan yang berlarutan. Dia mencela suaminya yang ikhlas bertahan dengan kesakitan dialami. Semasa Nabi Ayyub A.S. dalam keadaan yang menyedihkan, baginda berdoa:
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang" (Al-Anbiyya, 21: 83)
Allah telah memakbulkan doanya. Firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:
"Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai satu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah"
(Al-Anbiyya, 21: 84)
Nabi Ayyub A.S. Sembuh dan Kembali Mewah
Lalu Allah mengurniakan rahmat-Nya kepada baginda. Baginda di arahkan untuk menghentakkan kaki ke bumi. Baginda menurutinya dan dengan izin Allah, keluar mata air dari tempat tersebut. Baginda lantas mandi dengan air tersebut dan hilanglah kesakitan yang dialami. Selepas itu, baginda dikembalikan dengan kekayaan dahulu. Baginda melutut dan bersyukur yang amat sangat dengan anugerah yang diberi. Baginda tidak lupa dengan bantuan, belas kasihan dan kasih Allah terhadap baginda.
Nabi Ayyub A.S. adalah salah seorang nabi yang terkenal. Baginda menjadi teladan bahawa sesiapa yang sabar menahan dugaan dan ujian dalam apa jua keadaan, akhirnya akan mendapat ganjaran yang tinggi. Allah telah menerangkan dalam Quran:
"Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innalillahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (A Baqarah, 2: 155-157)
Apabila Nabi Ayyub A.S. dipilih menjadi nabi, baginda mula mengajar para penduduk tentang agama Allah. Baginda menasihati mereka untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Seperti nabi-nabi yang lain, sedikit sahaja yang mahu mendengar ajaran baginda pada mulanya, tetapi akhirnya jumlahnya makin bertambah.
Nabi Ayyub A.S. Adalah Seorang Hartawan
Nabi Ayyub A.S. adalah seorang yang kaya dan sangat beriman kepada Allah. Baginda mempunyai ladang yang luas, harta yang bernilai dan binatang ternakan yang banyak. Semua ini tidak sedikitpun membuatkan baginda lupa diri. Kekayaan baginda adalah kurniaan daripada Allah S.W.T.
Nabi Ayyub A.S. Menunjukkan Kesabaran
Nabi Ayyub A.S. adalah seorang yang besifat merendah diri dan bertakwa kepada Allah. Baginda adalah seorang yang sangat penyabar. Baginda menderita dengan pelbagai dugaan tetapi tidak sedikit pun baginda mengeluh tentang nasib yang menimpanya. Suatu hari, ladang baginda yang besar telah diserang oleh sekumpulan perompak. Mereka membunuh ramai pekerja-pekerja dan membawa lari sebahagian besar binatang ternakan. Nabi Ayyub A.S. tidak berasa sedih atas kerugian tersebut tetapi bersyukur kepada Allah. Tidak berapa lama selepas kejadian itu, bumbung rumah baginda pula runtuh dan ramai ahli keluarganya terlibat dalam kejadian tersebut. Nabi Ayyub A.S. sangat terkejut tetapi baginda tetap bersabar dengan berpegang pada iman yang kukuh. Baginda tidak menangis mahupun goyah iman kepada Allah. Baginda menganggap bahawa kesenangan dan anak-anak adalah ganjaran daripada Allah. Sekiranya Allah mengambil semula pemberian-Nya, tiada gunanya menangisi kehilangan tersebut.
Selepas beberapa tahun kemudian, Nabi Ayyub A.S. menderita penyakit kulit pula. Bahagian-bahagian tubuhnya diliputi dengan kudis yang menjijikkan. Baginda mempunyai ulser yang buruk rupanya pada muka dan tangannya. Kudisnya dipenuhi ulat. Diceritakan bahawa baginda mengutip ulat-ulat yang jatuh dari bengkak yang bernanah dan memuji Allah atas penciptaan ulat-ulat tersebut. Semua kejadian ini telah menyebabkan kawan-kawannya menganggap ia adalah akibat dosa yang baginda lakukan. Mereka jijik memandang baginda dan meninggalkan baginda kecuali isteri yang setia, Rahima.
Namun begitu Rahima juga menjadi semakin letih hidup bersama dengan baginda. Dia berdoa supaya suaminya meninggal dunia daripada terpaksa menahan kesakitan yang berlarutan. Dia mencela suaminya yang ikhlas bertahan dengan kesakitan dialami. Semasa Nabi Ayyub A.S. dalam keadaan yang menyedihkan, baginda berdoa:
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang" (Al-Anbiyya, 21: 83)
Allah telah memakbulkan doanya. Firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:
"Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai satu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah"
(Al-Anbiyya, 21: 84)
Nabi Ayyub A.S. Sembuh dan Kembali Mewah
Lalu Allah mengurniakan rahmat-Nya kepada baginda. Baginda di arahkan untuk menghentakkan kaki ke bumi. Baginda menurutinya dan dengan izin Allah, keluar mata air dari tempat tersebut. Baginda lantas mandi dengan air tersebut dan hilanglah kesakitan yang dialami. Selepas itu, baginda dikembalikan dengan kekayaan dahulu. Baginda melutut dan bersyukur yang amat sangat dengan anugerah yang diberi. Baginda tidak lupa dengan bantuan, belas kasihan dan kasih Allah terhadap baginda.
Nabi Ayyub A.S. adalah salah seorang nabi yang terkenal. Baginda menjadi teladan bahawa sesiapa yang sabar menahan dugaan dan ujian dalam apa jua keadaan, akhirnya akan mendapat ganjaran yang tinggi. Allah telah menerangkan dalam Quran:
"Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innalillahi wa innaa ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (A Baqarah, 2: 155-157)
kisah nabi ibrahim
Kedatangan Nabi Ibrahim A.S.
Pada suatu ketika dahulu, Allah telah memberi penghormatan dengan memilih Ibrahim sebagai nabi. Baginda berasal dari Mesopotamia yang sekarang dikenali sebagai Iraq Selatan. Baginda adalah model yang sesuai untuk umat manusia. Allah telah menyebutnya dalam Al-Quran yang bermaksud:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tidak pernah meninggalkannya. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus dan kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang salih"
(An-Nahl, 16: 120-122)
Seruan baginda kepada kaum yang menganuti kepercayaan animisme. Pada zaman itu, kejahilan menguasai pemikiran para penduduk. Kebanyakannya tidak mengetahui tentang Allah dan ajaran-Nya. Mereka memuja matahari, bulan dan bintang namun mereka juga merupakan ahli astronomi yang mengetahui pergerakan planet. Mereka juga menyembah berhala yang diperbuat daripada batu dan kayu dan memberi pelbagai bentuk pemberian kepada berhala-berhala tersebut. Ahli agama mendapat tempat yang baik dalam masyarakat dan diperintahkan kepada para penduduk supaya mereka dihormati. Mereka ini juga dibayar dengan lumayan tetapi kaum yang miskin makin tertindas.
Nabi Ibrahim A.S. merupakan anak kepada Terah yang lebih dikenali sebagai Adhar. Adhar adalah seorang pengukir berhala dan juga pengikut kepercayaan animisme. Dia turut memaksa Nabi Ibrahim A.S. melakukan kerja mengukir berhala tetapi baginda enggan melakukannya. Baginda sangat benci akan berhala yang tidak boleh melihat, mendengar dan bercakap itu.
Ajaran Nabi Ibrahim A.S.
Nabi Ibrahim A.S. menerima wahyu daripada Allah melalui malaikat Jibril. Baginda mula menyampaikan ajaran Allah secara perlahan-lahan. Baginda bekerja dengan tekun dan mula bertelagah dengan orang yang membuat berhala.
"(Ingatkah), ketika Nabi Ibrahim A.S. berkata kepada bapaknya dan kaum baginda: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?".
Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu dalam kesesatan yang nyata".
Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan bersungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?".
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu". Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya." (Al-Anbiyya, 21: 52-57)
Halangan Dari Kaumnya Dan Perbincangan Dengan Raja Namrud.
Kaum baginda tidak mengambil perhatian ke atas apa yang diperkatakan oleh baginda. Mereka lebih suka cara mereka sendiri. Mereka tidak mahu berpaling dari menyembah bulan, bintang dan berhala-berhala yang hodoh. Ahli agama mereka tetap menggesa orang ramai supaya tidak mempercayai Nabi Ibrahim A.S. Mereka khuatir akan dilucut jawatan yang dipegang pada waktu itu. Sebenarnya raja mereka Raja Namrud menganggap dirinya sebagai tuhan. Dia mempunyai istana yang besar dan tentera yang ramai. Dia berhajat untuk bersemuka dengan Nabi Ibrahim A.S dan akhirnya mereka bertemu untuk berbincang.
Pada waktu itu, Raja Namrud memandang Nabi Ibrahim A.S. secara mengejek dan berkata:
"Apa yang diseru olehmu kepada orang ramai? Mengapa kamu pujuk mereka menyembah Tuhan yang tidak nampak?".
Nabi Ibrahim A.S. menjawab: "Tuhan aku adalah satu-satu Yang memberi dan mengambil semula nyawa".
Namrud menjawab dengan sombong:
"Aku juga mempunyai kuasa untuk melakukannya. Aku boleh membunuh manusia dan membebaskannya juga".
Nabi Ibrahim A.S. bertanya satu soalan yang bijak dan memeranjatkan semua orang. Baginda berkata: "Tuhan aku menyebabkan matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat. Bolehkah kamu menjadikan matahari terbit dari timur?"
Mendengar akan itu, raja terdiam kerana dia tahu tiada manusia yang berkuasa seperti itu.
Selepas beberapa hari, satu majlis istimewa telah diadakan. Terdapat upacara besar-besaran dan semua penduduk diwajibkan untuk menghadirinya. Mereka mabuk dan hilang pertimbangan. Hampir kesemua penduduk telah menghadirinya kecuali Nabi Ibrahim A.S. Baginda mempunyai rancangan tersendiri, lalu baginda ke kuil tanpa disedari orang lain. Apabila baginda sampai di kuil, baginda melihat banyak berhala yang berdiri tidak bergerak sedikitpun.
Nabi Ibrahim A.S. mengangkat kapaknya dan mula memukul berhala tersebut satu persatu. Berhala tersebut jatuh ke lantai dan berselerakan dengan tercerai anggota badannya. Baginda merosakkan semua berhala kecuali satu berhala yang dianggap ketua bagi kesemuannya. Tujuan baginda adalah untuk menunjukkan bahawa berhala tiada berkuasa untuk menyakiti orang lain atau memberi manfaat kepada sesiapa. Baginda lantas meninggalkan kuil secara senyap.
Keputusan Untuk Membakar Nabi Ibrahim A.S. Hidup-hidup.
Apabila perayaan selesai, orang ramai kembali ke kuil. Para pengikut yang setia mengiringi ahli-ahli agama ke kuil seperti biasa. Mereka terkejut melihat berhala-berhala yang telah dipecahkan. Lantai dipenuhi dengan serpihan batu dan ketua berhala masih terletak elok dengan kapak tergantung pada lehernya. Para ahli agama menjerit dan orang ramai menyerbu masuk dengan kehairanan. Mereka juga sangat marah dan ingin mengetahui orang yang bertanggungjawab terhadap kejadian itu dan mereka mahu membalas dendam keatasnya. Lalu terdapat di kalangan mereka yang mengagak semuanya adalah perbuatan Nabi Ibrahim A.S. kerana baginda selalu menafikan tuhan mereka dan menyuruh mereka menyembah Tuhan yang satu.
"Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim". Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim."" (Al-Anbiyya, 21: 58-60)
Nabi Ibrahim A.S. telah dipanggil untuk mengadap raja. Apabila baginda datang, baginda telah ditanya sama ada benar baginda yang memusnahkan semua berhala. Baginda terdiam sejenak. Kemudian baginda mengarahkan raja bertanya kepada ketua berhala yang mempunyai kapak tergantung di lehernya selepas kacau-bilau berlaku. Nabi Ibrahim A.S. mempersendakan orang-orang yang bodoh menyembah berhala yang tidak bernyawa dan diperbuat daripada batu. Raja tidak mahu melanjutkan perbincangan kerana hujah Nabi Ibrahim A.S. begitu sempurna dan meyakinkan.
"Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? " Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." Maka mereka telah kembali kepada kesedaran mereka dan lalu berkata:"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)", kemudian kepala mereka jadi tertunda (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara"" (Al-Anbiyya, 21: 62-65)
Walaupun mereka berasa malu tetapi mereka masih berdegil. Mereka membuat keputusan untuk membakar Nabi Ibrahim A.S. hidup-hidup kerana menyebabkan kemusnahan berhala mereka.
Api Tidak Membakar Nabi Ibrahim A.S.
Satu relau besar disediakan. Nabi Ibrahim A.S diikat dengan tali dan sangat susah untuk bergerak. Baginda berada dalam keadaan tenang dan gembira apabila mengingatkan bahawa Allah akan menyelamatkan baginda. Baginda langsung tidak melawan dan semua pemerhati terpegun dengan perlakuan baginda.
Lalu baginda dicampakkan di tengah relau yang panas. Nyalaan api marak membakar dan berdesir kuat tetapi Allah memerintahkannya supaya tidak menyakiti Nabi Ibrahim A.S.
"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kaum menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi" (Al-Anbiyaa', 21: 69-70)
Para penduduk yang jahil menyangkakan Nabi Ibrahim A.S. sedang sakit terbakar menunggu mati. Mereka langsung tidak mendengar Nabi Ibrahim A.S. menjerit kesakitan. Tidak berapa lama selepas itu, orang ramai amat terkejut melihat Nabi Ibrahim A.S. berjalan keluar dari relau dengan kedaan selamat seperti tiada apa yang menyentuh baginda.
Penghijrahan ke Palestin.
Walaupun telah berlaku keajaiban pada Nabi Ibrahim A.S., baginda tidak juga dapat mengumpul pengikut yang ramai untuk mendengar ajaran baginda. Baginda memberi syarahan dan menempuh pelbagai dugaan dan cabaran untuk membuktikan kepatuhan dan keikhlasan baginda. Apabila kaum tersebut menganiaya baginda, baginda diperintahkan supaya meninggalkan kawasan tersebut dan pergi ke tanah suci yang sekarang dikenali sebagai Palestin. Bagi mematuhi perintah tersebut, baginda tidak mengambil berat masa rehatnya tanpa mendekati orang ramai dan mengajarkan kepada mereka tentang Tuhan dan agama-Nya. Tiada yang dapat melemahkan semangat baginda.
Kelahiran Nabi Ismail dan Penghijrahan Ke Makkah.
Oleh kerana Nabi Ibrahim A.S. tidak mempunyai anak dengan Sarah isteri pertama,baginda berkahwin pula dengan wanita lain bernama Hajar (Hagra). Baginda berdoa untuk memperolehi anak lelaki yang baik dan akhirnya doa baginda dimakbulkan. Tidak berapa lama kemudian, Hajar mengumumkan berita gembira tentang dirinya yang sudah berbadan dua. Sampai waktunya, dia melahirkan Isma'il. Tidak lama selepas itu, Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim A.S. untuk membawa isteri kedua baginda Hajar dan Isma'il ke lembah Batha (Makkah). Bagi memenuhi perintah tersebut, mereka terpaksa melalui pelbagai rintangan dan dugaan semasa dalam perjalanan. Mereka sampai di tempat yang dituju selepas melalui satu tempoh yang panjang. Kawasan tersebut berbukit tanpa pokok dan air. Mereka menyiapkan khemah dan meninjau keadaan sekeliling tetapi tiada apa yang kelihatan melainkan padang pasir. Nabi Isma'il A.S. ketika itu baru berusia beberapa bulan dan mula menangis kedahagaan. Ibunya mula mencari sumber air namun tiada yang wujud di kawasan tersebut.
Zam-zam Ditemui.
Hajar berlari dalam keadaan terdesak untuk mendapatkan air antara dua anak bukit iaitu Safa dan Marwa tetapi gagal. Dia kembali kepada anaknya yang kehausan dan dia amat terkejut apabila melihat mata air zam-zam memancut dari bawah kaki anaknya. Dia berasa sangat lega lalu menghilangkan dahaga anaknya dengan air tersebut. Selepas itu, ramai orang dari jauh telah datang ke situ, tempat tinggal Hajar dan Nabi Isma'il A.S. Akhirnya, kawasan tersebut dikenali sebagai Makkah, tempat kelahiran Islam.
Wawasan Nabi Ibrahim A.S. Berdasarkan Pengorbanan Nabi Isma'il A.S.
Nabi Ibrahim A.S. pulang semula ke Palestin untuk bersama dengan isteri pertamanya Sarah. Baginda menerima arahan untuk mengorbankan anaknya Isma'il . Baginda tidak berat hati untuk mematuhi arahan tersebut tetapi anak baginda masih bayi ketika itu. Baginda perlu menunggu sehingga anak itu meningkat remaja. Suatu hari baginda memberitahu anak baginda tentang mimpinya. Baginda amat terkejut apabila anaknya langsung tidak membantah dan bersedia untuk menjadi korban.
Nabi Isma'il A.S. berkata: "Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash-Shafaat, 37: 102)
Ini adalah satu keputusan yang sukar dibuat oleh seorang yang masih muda dan itu menunjukkan keimanan baginda yang tinggi terhadap Allah.
Pengalaman Pahit Mengorbankan Nabi Isma'il A.S.
Pada 10 Zulhijjah, seorang bapa dan anak kesayangan berjalan beriringan. Anak muda itu begitu sabar manakala si bapa dengan penuh takwa mahu menyempurnakan perintah yang diberi. Tiada yang lebih berharga bagi mereka selain berbakti kepada Allah. Mereka berjalan menuju ke Mina dengan pisau pemotong daging di tangan Nabi Ibrahim A.S. yang menggeletar. Banyak kenangan-kenangan lalu dimbau semula oleh mereka. Akhirnya mereka sampai juga di satu tempat yang istimewa. Nabi Ibrahim A.S. meihat anak kesayangan baginda dengan sayu namun anak baginda menjeling baginda sekilas dengan penuh taat dan ceria. Baginda meniarapkan Isma'il di atas tanah dengan jantung yang berdegup kencang. Baginda menggigil dengan penuh emosi apabila baginda meletakkan pisau pada leher Isma'il. Ketika itu adalah saat genting yang amat sukar dilaksanakan.
Allah amat menghargai ketaatan mereka dan berkata:
"Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Ash-Shafaat, 37: 102)
Apabila Nabi Ibrahim A.S. melaksanakan arahan dalam mimpi sebelumnya, baginda diperintahkan pula supaya tidak mengorbankan anak baginda sendiri.
Seekor kambing biri-biri diberi untuk menggantikan Nabi Isma'il A.S. Nabi Ibrahim A.S. berdiri dan kambing bebiri tersebut dikorbankan. Saat yang mendebarkan itu berakhir jua dan mereka berdua sangat gembira serta memanjatkan rasa syukur kepada Allah. Sejak dari itu sehingga sekarang adat mengorbankan manusia telah dibasmi sepenuhnya.
Berita Gembira Kelahiran Nabi Ishaq A.S.
Apabila Nabi Ibrahim A.S. menunjukkan ketaatan yang tinggi terhadap perintah Allah untuk mengorbankan anak baginda Isma'il, baginda dikhabarkan pula berita gembira tentang kelahiran anak lelaki dari isteri pertama, Sarah. Ayat quran menerangkan…
"Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang salih. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri yang nyata." (Ash-Shafaat, 37: 112-113)
Masa berlalu dan Sarah yang sudah berusia itu mengandung dan sampai masanya dia melahirkan seorang bayi lelaki yang diberi nama Ishaq. Kemudian, Isma'il dan Ishaq dilantik sebagai nabi.
Pembinaan semula Ka'bah.
Rumah Allah yang pertama, Ka'bah telah dibina oleh Nabi Adam A.S. Ia dibina semula oleh Nabi Ibrahim A.S. dan Nabi Isma'il A.S. Makam Ibrahim masih ada bersebelahan dengannya. Tempatnya adalah batu marmar yang diletakkan pada tempat bagina telah berdiri untuk menaikkan dinding binaan suci tersebut di Makkah. Batu tersebut mengandungi kesan tapak kaki Nabi Ibrahim A.S. Ayat dalam al-Quran telah menerangkan tentang tapak kaki tersebut yang merupakan satu tanda kekuasaan Allah.
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat solat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan sujud"." (Al-Baqarah, 2: 125)
Tempat Disemadikan.
Nabi Ibrahim A.S. telah hidup selama 175 tahun. Hidup baginda penuh dengan ujian dan… Baginda sentiasa menyeru kaumnya beriman dengan Allah. Apabila baginda wafat, mayat baginda disemadikan di Hebron 20 batu ke barat daya Jurusalem.
Pada suatu ketika dahulu, Allah telah memberi penghormatan dengan memilih Ibrahim sebagai nabi. Baginda berasal dari Mesopotamia yang sekarang dikenali sebagai Iraq Selatan. Baginda adalah model yang sesuai untuk umat manusia. Allah telah menyebutnya dalam Al-Quran yang bermaksud:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tidak pernah meninggalkannya. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus dan kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang salih"
(An-Nahl, 16: 120-122)
Seruan baginda kepada kaum yang menganuti kepercayaan animisme. Pada zaman itu, kejahilan menguasai pemikiran para penduduk. Kebanyakannya tidak mengetahui tentang Allah dan ajaran-Nya. Mereka memuja matahari, bulan dan bintang namun mereka juga merupakan ahli astronomi yang mengetahui pergerakan planet. Mereka juga menyembah berhala yang diperbuat daripada batu dan kayu dan memberi pelbagai bentuk pemberian kepada berhala-berhala tersebut. Ahli agama mendapat tempat yang baik dalam masyarakat dan diperintahkan kepada para penduduk supaya mereka dihormati. Mereka ini juga dibayar dengan lumayan tetapi kaum yang miskin makin tertindas.
Nabi Ibrahim A.S. merupakan anak kepada Terah yang lebih dikenali sebagai Adhar. Adhar adalah seorang pengukir berhala dan juga pengikut kepercayaan animisme. Dia turut memaksa Nabi Ibrahim A.S. melakukan kerja mengukir berhala tetapi baginda enggan melakukannya. Baginda sangat benci akan berhala yang tidak boleh melihat, mendengar dan bercakap itu.
Ajaran Nabi Ibrahim A.S.
Nabi Ibrahim A.S. menerima wahyu daripada Allah melalui malaikat Jibril. Baginda mula menyampaikan ajaran Allah secara perlahan-lahan. Baginda bekerja dengan tekun dan mula bertelagah dengan orang yang membuat berhala.
"(Ingatkah), ketika Nabi Ibrahim A.S. berkata kepada bapaknya dan kaum baginda: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?".
Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu dalam kesesatan yang nyata".
Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan bersungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?".
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu". Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya." (Al-Anbiyya, 21: 52-57)
Halangan Dari Kaumnya Dan Perbincangan Dengan Raja Namrud.
Kaum baginda tidak mengambil perhatian ke atas apa yang diperkatakan oleh baginda. Mereka lebih suka cara mereka sendiri. Mereka tidak mahu berpaling dari menyembah bulan, bintang dan berhala-berhala yang hodoh. Ahli agama mereka tetap menggesa orang ramai supaya tidak mempercayai Nabi Ibrahim A.S. Mereka khuatir akan dilucut jawatan yang dipegang pada waktu itu. Sebenarnya raja mereka Raja Namrud menganggap dirinya sebagai tuhan. Dia mempunyai istana yang besar dan tentera yang ramai. Dia berhajat untuk bersemuka dengan Nabi Ibrahim A.S dan akhirnya mereka bertemu untuk berbincang.
Pada waktu itu, Raja Namrud memandang Nabi Ibrahim A.S. secara mengejek dan berkata:
"Apa yang diseru olehmu kepada orang ramai? Mengapa kamu pujuk mereka menyembah Tuhan yang tidak nampak?".
Nabi Ibrahim A.S. menjawab: "Tuhan aku adalah satu-satu Yang memberi dan mengambil semula nyawa".
Namrud menjawab dengan sombong:
"Aku juga mempunyai kuasa untuk melakukannya. Aku boleh membunuh manusia dan membebaskannya juga".
Nabi Ibrahim A.S. bertanya satu soalan yang bijak dan memeranjatkan semua orang. Baginda berkata: "Tuhan aku menyebabkan matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat. Bolehkah kamu menjadikan matahari terbit dari timur?"
Mendengar akan itu, raja terdiam kerana dia tahu tiada manusia yang berkuasa seperti itu.
Selepas beberapa hari, satu majlis istimewa telah diadakan. Terdapat upacara besar-besaran dan semua penduduk diwajibkan untuk menghadirinya. Mereka mabuk dan hilang pertimbangan. Hampir kesemua penduduk telah menghadirinya kecuali Nabi Ibrahim A.S. Baginda mempunyai rancangan tersendiri, lalu baginda ke kuil tanpa disedari orang lain. Apabila baginda sampai di kuil, baginda melihat banyak berhala yang berdiri tidak bergerak sedikitpun.
Nabi Ibrahim A.S. mengangkat kapaknya dan mula memukul berhala tersebut satu persatu. Berhala tersebut jatuh ke lantai dan berselerakan dengan tercerai anggota badannya. Baginda merosakkan semua berhala kecuali satu berhala yang dianggap ketua bagi kesemuannya. Tujuan baginda adalah untuk menunjukkan bahawa berhala tiada berkuasa untuk menyakiti orang lain atau memberi manfaat kepada sesiapa. Baginda lantas meninggalkan kuil secara senyap.
Keputusan Untuk Membakar Nabi Ibrahim A.S. Hidup-hidup.
Apabila perayaan selesai, orang ramai kembali ke kuil. Para pengikut yang setia mengiringi ahli-ahli agama ke kuil seperti biasa. Mereka terkejut melihat berhala-berhala yang telah dipecahkan. Lantai dipenuhi dengan serpihan batu dan ketua berhala masih terletak elok dengan kapak tergantung pada lehernya. Para ahli agama menjerit dan orang ramai menyerbu masuk dengan kehairanan. Mereka juga sangat marah dan ingin mengetahui orang yang bertanggungjawab terhadap kejadian itu dan mereka mahu membalas dendam keatasnya. Lalu terdapat di kalangan mereka yang mengagak semuanya adalah perbuatan Nabi Ibrahim A.S. kerana baginda selalu menafikan tuhan mereka dan menyuruh mereka menyembah Tuhan yang satu.
"Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim". Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim."" (Al-Anbiyya, 21: 58-60)
Nabi Ibrahim A.S. telah dipanggil untuk mengadap raja. Apabila baginda datang, baginda telah ditanya sama ada benar baginda yang memusnahkan semua berhala. Baginda terdiam sejenak. Kemudian baginda mengarahkan raja bertanya kepada ketua berhala yang mempunyai kapak tergantung di lehernya selepas kacau-bilau berlaku. Nabi Ibrahim A.S. mempersendakan orang-orang yang bodoh menyembah berhala yang tidak bernyawa dan diperbuat daripada batu. Raja tidak mahu melanjutkan perbincangan kerana hujah Nabi Ibrahim A.S. begitu sempurna dan meyakinkan.
"Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? " Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." Maka mereka telah kembali kepada kesedaran mereka dan lalu berkata:"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)", kemudian kepala mereka jadi tertunda (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara"" (Al-Anbiyya, 21: 62-65)
Walaupun mereka berasa malu tetapi mereka masih berdegil. Mereka membuat keputusan untuk membakar Nabi Ibrahim A.S. hidup-hidup kerana menyebabkan kemusnahan berhala mereka.
Api Tidak Membakar Nabi Ibrahim A.S.
Satu relau besar disediakan. Nabi Ibrahim A.S diikat dengan tali dan sangat susah untuk bergerak. Baginda berada dalam keadaan tenang dan gembira apabila mengingatkan bahawa Allah akan menyelamatkan baginda. Baginda langsung tidak melawan dan semua pemerhati terpegun dengan perlakuan baginda.
Lalu baginda dicampakkan di tengah relau yang panas. Nyalaan api marak membakar dan berdesir kuat tetapi Allah memerintahkannya supaya tidak menyakiti Nabi Ibrahim A.S.
"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kaum menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi" (Al-Anbiyaa', 21: 69-70)
Para penduduk yang jahil menyangkakan Nabi Ibrahim A.S. sedang sakit terbakar menunggu mati. Mereka langsung tidak mendengar Nabi Ibrahim A.S. menjerit kesakitan. Tidak berapa lama selepas itu, orang ramai amat terkejut melihat Nabi Ibrahim A.S. berjalan keluar dari relau dengan kedaan selamat seperti tiada apa yang menyentuh baginda.
Penghijrahan ke Palestin.
Walaupun telah berlaku keajaiban pada Nabi Ibrahim A.S., baginda tidak juga dapat mengumpul pengikut yang ramai untuk mendengar ajaran baginda. Baginda memberi syarahan dan menempuh pelbagai dugaan dan cabaran untuk membuktikan kepatuhan dan keikhlasan baginda. Apabila kaum tersebut menganiaya baginda, baginda diperintahkan supaya meninggalkan kawasan tersebut dan pergi ke tanah suci yang sekarang dikenali sebagai Palestin. Bagi mematuhi perintah tersebut, baginda tidak mengambil berat masa rehatnya tanpa mendekati orang ramai dan mengajarkan kepada mereka tentang Tuhan dan agama-Nya. Tiada yang dapat melemahkan semangat baginda.
Kelahiran Nabi Ismail dan Penghijrahan Ke Makkah.
Oleh kerana Nabi Ibrahim A.S. tidak mempunyai anak dengan Sarah isteri pertama,baginda berkahwin pula dengan wanita lain bernama Hajar (Hagra). Baginda berdoa untuk memperolehi anak lelaki yang baik dan akhirnya doa baginda dimakbulkan. Tidak berapa lama kemudian, Hajar mengumumkan berita gembira tentang dirinya yang sudah berbadan dua. Sampai waktunya, dia melahirkan Isma'il. Tidak lama selepas itu, Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim A.S. untuk membawa isteri kedua baginda Hajar dan Isma'il ke lembah Batha (Makkah). Bagi memenuhi perintah tersebut, mereka terpaksa melalui pelbagai rintangan dan dugaan semasa dalam perjalanan. Mereka sampai di tempat yang dituju selepas melalui satu tempoh yang panjang. Kawasan tersebut berbukit tanpa pokok dan air. Mereka menyiapkan khemah dan meninjau keadaan sekeliling tetapi tiada apa yang kelihatan melainkan padang pasir. Nabi Isma'il A.S. ketika itu baru berusia beberapa bulan dan mula menangis kedahagaan. Ibunya mula mencari sumber air namun tiada yang wujud di kawasan tersebut.
Zam-zam Ditemui.
Hajar berlari dalam keadaan terdesak untuk mendapatkan air antara dua anak bukit iaitu Safa dan Marwa tetapi gagal. Dia kembali kepada anaknya yang kehausan dan dia amat terkejut apabila melihat mata air zam-zam memancut dari bawah kaki anaknya. Dia berasa sangat lega lalu menghilangkan dahaga anaknya dengan air tersebut. Selepas itu, ramai orang dari jauh telah datang ke situ, tempat tinggal Hajar dan Nabi Isma'il A.S. Akhirnya, kawasan tersebut dikenali sebagai Makkah, tempat kelahiran Islam.
Wawasan Nabi Ibrahim A.S. Berdasarkan Pengorbanan Nabi Isma'il A.S.
Nabi Ibrahim A.S. pulang semula ke Palestin untuk bersama dengan isteri pertamanya Sarah. Baginda menerima arahan untuk mengorbankan anaknya Isma'il . Baginda tidak berat hati untuk mematuhi arahan tersebut tetapi anak baginda masih bayi ketika itu. Baginda perlu menunggu sehingga anak itu meningkat remaja. Suatu hari baginda memberitahu anak baginda tentang mimpinya. Baginda amat terkejut apabila anaknya langsung tidak membantah dan bersedia untuk menjadi korban.
Nabi Isma'il A.S. berkata: "Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash-Shafaat, 37: 102)
Ini adalah satu keputusan yang sukar dibuat oleh seorang yang masih muda dan itu menunjukkan keimanan baginda yang tinggi terhadap Allah.
Pengalaman Pahit Mengorbankan Nabi Isma'il A.S.
Pada 10 Zulhijjah, seorang bapa dan anak kesayangan berjalan beriringan. Anak muda itu begitu sabar manakala si bapa dengan penuh takwa mahu menyempurnakan perintah yang diberi. Tiada yang lebih berharga bagi mereka selain berbakti kepada Allah. Mereka berjalan menuju ke Mina dengan pisau pemotong daging di tangan Nabi Ibrahim A.S. yang menggeletar. Banyak kenangan-kenangan lalu dimbau semula oleh mereka. Akhirnya mereka sampai juga di satu tempat yang istimewa. Nabi Ibrahim A.S. meihat anak kesayangan baginda dengan sayu namun anak baginda menjeling baginda sekilas dengan penuh taat dan ceria. Baginda meniarapkan Isma'il di atas tanah dengan jantung yang berdegup kencang. Baginda menggigil dengan penuh emosi apabila baginda meletakkan pisau pada leher Isma'il. Ketika itu adalah saat genting yang amat sukar dilaksanakan.
Allah amat menghargai ketaatan mereka dan berkata:
"Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Ash-Shafaat, 37: 102)
Apabila Nabi Ibrahim A.S. melaksanakan arahan dalam mimpi sebelumnya, baginda diperintahkan pula supaya tidak mengorbankan anak baginda sendiri.
Seekor kambing biri-biri diberi untuk menggantikan Nabi Isma'il A.S. Nabi Ibrahim A.S. berdiri dan kambing bebiri tersebut dikorbankan. Saat yang mendebarkan itu berakhir jua dan mereka berdua sangat gembira serta memanjatkan rasa syukur kepada Allah. Sejak dari itu sehingga sekarang adat mengorbankan manusia telah dibasmi sepenuhnya.
Berita Gembira Kelahiran Nabi Ishaq A.S.
Apabila Nabi Ibrahim A.S. menunjukkan ketaatan yang tinggi terhadap perintah Allah untuk mengorbankan anak baginda Isma'il, baginda dikhabarkan pula berita gembira tentang kelahiran anak lelaki dari isteri pertama, Sarah. Ayat quran menerangkan…
"Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang salih. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri yang nyata." (Ash-Shafaat, 37: 112-113)
Masa berlalu dan Sarah yang sudah berusia itu mengandung dan sampai masanya dia melahirkan seorang bayi lelaki yang diberi nama Ishaq. Kemudian, Isma'il dan Ishaq dilantik sebagai nabi.
Pembinaan semula Ka'bah.
Rumah Allah yang pertama, Ka'bah telah dibina oleh Nabi Adam A.S. Ia dibina semula oleh Nabi Ibrahim A.S. dan Nabi Isma'il A.S. Makam Ibrahim masih ada bersebelahan dengannya. Tempatnya adalah batu marmar yang diletakkan pada tempat bagina telah berdiri untuk menaikkan dinding binaan suci tersebut di Makkah. Batu tersebut mengandungi kesan tapak kaki Nabi Ibrahim A.S. Ayat dalam al-Quran telah menerangkan tentang tapak kaki tersebut yang merupakan satu tanda kekuasaan Allah.
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat solat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan sujud"." (Al-Baqarah, 2: 125)
Tempat Disemadikan.
Nabi Ibrahim A.S. telah hidup selama 175 tahun. Hidup baginda penuh dengan ujian dan… Baginda sentiasa menyeru kaumnya beriman dengan Allah. Apabila baginda wafat, mayat baginda disemadikan di Hebron 20 batu ke barat daya Jurusalem.
keadaan manusia dipadang mahsyar
Setelah semua mahkluk yang bernyawa dialam nyata ini mati dan hancur binasa Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniupkan angin Sangakala yang hebat itu untuk menghidupkan semula semua mahkluk yang sudah mati Israfil meniup dan berteriak dengan sekuat-kuatnya: "Wahai nyawa yang telah keluar dari badan, tulang-tulang yang telah reput luluh, tubuh yang telah buruk, urat yang telah putus berkecai, kulit-kulit yang telah pecah hancur, rambut-rambut yang telah luruh! Bangunlah kamu semua untuk menjalani hukuman dari Allah s.w.t. yang menjadi Hakim Besar dan Raja kepada semua raja!". Maka dengan tiba-tiba mereka pun tegak bangun berdiri. Mereka lihat langit, didapati langit berjalan-jalan, mereka lihat bumi, didapati bertukar wajah, tidak seperti bumi yang dahulu. Dilihat bintang-bintang, semuanya telah berhimpun di satu kawasan dengan padatnya. Dilihat laut terdapat api yang sedang bernyala-nyala diatasnya. Dilihat Malaikat Zabaniah telah berada dihadapan mereka. Dilihat matahari telah hilang cahayanya. Maka sedarlah dan tahulah mereka bahawa mereka berada ditempat yang dijanjikan kiamat. Lantas mereka berkata: "Inilah dia sebagaimana yang telah Allah janjikan dan inilah menunjukkan kebenaran para Rasul." Seperti yang telah Allah sebutkan dalam Al-Quran: "Mereka berkata: Aduhai celakanya kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari kubur tempat tidur kami?, Lalu dikatakan kepada mereka: "Inilah dia yang telah dijanjikan oleh Allah Yang Maha Pemurah dan benarlah berita yang disampaikan oleh Rasul-rasul !" (Yassin, Ayat: 52) Mereka pun keluar dari kubur tanpa pakaian, tidak berkasut dan sebagainya. Mereka bertelanjang bulat tanpa seurat benang pun dibadan. Dalam masa bangkit itu, manusia dalam keadaan bermacam-macam rupa.1. Sesetengah mereka ada yang berupa kera kerana di dunia mereka suka membuat fitnah kepada orang lain.2. Ada yang berupa khinzir kerana suka makan rasuah ketika menjalankan hukuman.3. Ada yang buta mata kerana keterlaluan pada menghukum manusia.4. Ada yang pekak dan bisu kerana mereka hairan dengan amalan yang mereka lakukan.5. Ada yang mengalir daripadanya nanah dan darah yang amat busuk dan sentiasa menikam-nikam lidah sendiri.Ini adalah kumpulan ULAMA yang bercakap dan mengajar tetapi perbuatannya tidak sama dengan apa yang diucapkan.6. Ada pula yang luka-luka seluruh badan kerana suka menjadi saksi bohong.7. Ada yang telapak kaki mereka terletak didahi dan terikat kepada ubun-ubun mereka serta menjadi sangat busuk, lebih busuk daripada bangkai. Mereka adalah orang yang sanggup membeli dunia dengan akhirat (mencari kemewahan dunia dengan memperalatkan agama).8. Ada seperti orang mabuk, rebah ke kiri, rebah ke kanan terhuyung-hayang. Mereka inilah yang sanggup menyimpan harta dari belanjakan ke jalan Allah.9. Ada yang berkeadaan benar-benar mabuk,orang ini suka bercerita-cerita dalam masjid akan hal dunia.10. Ada yang berupa khinzir kerana suka makan harta riba.11. Ada yang tidak bertangan dan tidak berkaki. Mereka ini suka menyakiti orang-orang sekampungnya.12. Ada yang berupa khinzir kerana mereka mempermudah-mudahkan sembahyang lalai dalam sembahyang)13. Ada pula yang bangkit dengan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking yang sentiasa mengigit-gigit dan menyengat-nyengat. Mereka ini di dunia payah hendak mengeluarkan zakat.14. Ada yang berkeadaan dimana darah yang amat busuk sentiasa keluar dari mulut mereka.Orang ini suka berbohong dalam perniagaan.15. Ada yang sampai terasing daripada manusia serta badannya sangat busuk dari bangkai. Mereka ini suka menyembunyikan maksiat kerana takutkan manusia,tidak takut pada Allah.16. Ada yang terpotong halkum,keadaannya tercerai dari leher. Orang ini selalu sanggup untuk bersaksi bohong.17. Ada yang bangun dari kubur tiada berlidah dan mengali darah busuk dari dalam mulutnya. Orang itu malas mengucap kalimah syahdah.18. Ada pula yang berjalan dengan kepala di bawah dan kaki di atas langit.Darah dan nanah sentiasa mengalir dari kemaluan mereka.Mereka itu suka berbuat zina semasa hidup.19. Ada yang berkeadaan muka hitam dan perutnya penuh dengan api neraka.Mereka ini suka memakan harta anak yatim secara zalim.20. Ada pula yang bangun dengan mengidap penyakit kusta dan sopak. Mereka inilah yang derhaka terhadap kedua ibu bapanya.21. Ada yang gigi mereka seperti tanduk lembu, lidah mereka terjelir hingga ke perut, najis dan kencing sentiasa keluar dari perut mereka. Mereka adalah orang yang suka meminum arak.semoga kita tergolong dalam golongan yang segera menginsafi diri dan bertaubat di atas dosa dan pengkhianatan yang dilakukan terhadap sesama manusia.
Subscribe to:
Posts (Atom)